Kali ini kelompok yang mendapat giliran membahas tema "Dinamika Organisasi Internasional". Penyampaian materi yang disajikan oleh fasilitator sangat ringkas dan minim data sehingga muncul banyak pertanyaan dari audiens.
Kami yang baru modif mata kuliah secara otomatis baru masuk dalam kelas ini. Dan secara kebetulan kami komplotan modif merupakan mahasiswa yang lanjut semester, dalam artian kelas yang kami masuki merupakan kelas adik semester. Maka nampaklah wajah yang tak asing dimata dosen serentak memilih bangku belakang sebagai bangku perjuangan.
Diskusi berjalan elok dan dinamis. Beberapa audiens dan penyaji materi saling adu argumen. Seiring berjalannya waktu diskusi terhenti pada pertanyaan seorang audiens yang tak mampu di jawab secara komprehensif oleh penyaji. "Apa keuntungan dan kerugian bagi Negara yang meminjam dana pada Bank Dunia?" Beberapa penyaji dan di bantu audiens pada intinya menjawab "Keuntungannya negara tersebut mendapatkan bantuan dan kerugiannya ada bunga yang harus di bayar".
Dosen kemudian memancing audiens agar pro aktif dan sekiranya menyempurnakan jawaban tersebut. Karena tak adalagi yang bisa menjawab akhirnya mata Pak Dosen tertuju pada bangku belakang, bangku para veteran kampus. Akhirnya untuk memotong perkataan dosen yang berulang kali mengatakan "semester atas ada jawaban" akhirnya saya mengacuhkan tangan. Saya mencoba semampunya menjawab;
1. Negara tak bisa hiup sendiri, ia bak manusia yang saling membutuhkan, maka dari itu negara harus menghimpun diri dengan negara lain. Keuntungan dari negara yang bergabung di organisasi internasional adalah anggota dari organisasi tersebut secara legetimat di akui keberadaannya dalam pergaulan internasional, karena tidak mungkin organisasi internasional memasukkan negara-negara yang tak memenuhi syarat. Di organisasi tersebut Negara bisa membangun jaringan dengan negara lain dan juga keanggotaan di organisasi kemudian bisa menjadikan salah 1 posisi tawar/akreditasi ketika negara terkait ingin meminjam dana pada Bank Dunia".
2. Dinamika yang terjadi di dalam organisasi internasional tidak jauh-jauh dari transaksi politik dan ekonomi.
3. Secara sederhana keuntungan dari peminjaman dana pada Bank Dunia adalah dalam jangka pendek ketika negara lagi krisis dan membutuhkan dana dadakan akan mendapat utang atau di istilah haluskan "bantuan' pada Bank Dunia, tetapi dalam jangka panjang utang tersebut juga bisa saja membunuh negara pengutang karena ada bunga yang tidak sedikit yang wajib di bayar.
Setelah memaparkan jawaban, saya lantas memunculkan pertanyaan baru terkait Bank Dunia: "Darimana asal muasal Bank Dunia ada? Dariamana dana awal pembentukan Bank Dunia? Apakah dana awal Bank Dunia merupakan iuran dari negara-negara yang berada dalam organisasi internasional (PBB) atau seperti apa?"
Pak Dosen kemudian menyempurnakan jawaban saya, secara substansi sama dengan jawaban saya. Ia terlebih dahulu menjawab pertanyaan sebelumnya lalu menjawab pertanyaan saya : "Lahir dan asal dana awal Bank Dunia adalah dari bunga pinjaman negara-negara". Saya merasa kurang puas dengan jawaban tersebut karena menurut saya itu tidak menjawab akar pertanyaan. Dari penjelasan beliau hanya benar pada wilayah bahwa "Bunga pinjamanlah yang memperkaya Bank Dunia".
Karena tak puas dengan jawaban Pak Dosen setiba di Kost akhirnya saya coba tanya pada Paman Google. Telisik menelisik googling tak juga mampu menjawab pertanyaan saya. Akhirnya saya memutuskan melanjutkan tulisan ini berharap ada respon dari sahabat sosial media untuk membantu menjawab rasa penasaran saya.
Ada beberapa hal yang menarik dari penjelasan Pak Dosen, ia juga mengatakan: "Dengan mengutang di Bank Dunia malah menyengsarakan si Negara yang mengutang karena prinsip dan ideologi dari Bank Dunia adalah kapitalisme dan Liberalisme. Coba lihat negara yang mengutang pada Bank Dunia, apakah nasib mereka berubah? Negara yang mengutang tak punya daya ketika Bank Dunia menyetir negara tersebut. Dan Bank Dunia selalu menghantui negara berkembang (pengutang) dengan melakukan prediksi perekonomian dengan tipudaya data. Kebanyakan prediksi dari Bank Dunia pada negara berkembang selalu menyatakan negara yang dimaksud akan labil ekonomi dan akhirnya negara pengutang takut lalu kemudian mengutang lagi untuk mengantisipasi prediksi Bank Dunia agar negara pengutang terus stabil."
Beberapa ahli ekonomi Indonesia seperti Faisal Basri dan lain-lain sudah sering mewanti-wanti pemerintah agar menghentikan ketergantungannya pada Bank Dunia. Bangsa yang kaya ini tak hentinya di tebari Api Neraka pada Bank Dunia namun juga masih tak sadar atau mungkin sengaja tak sadar. Dengan segala sumber daya yang ada Indonesia sebenarnya mampu mandiri. Utang bangsa ini sudah mencapai sekitar 2.036,14 triliun. Sampai Presiden sekarang menghembuskan nafas terakhirnya utang tersebut tak akan terlunasi kalau Indonesia terus terus mengutang.
Dosen kemudian memancing audiens agar pro aktif dan sekiranya menyempurnakan jawaban tersebut. Karena tak adalagi yang bisa menjawab akhirnya mata Pak Dosen tertuju pada bangku belakang, bangku para veteran kampus. Akhirnya untuk memotong perkataan dosen yang berulang kali mengatakan "semester atas ada jawaban" akhirnya saya mengacuhkan tangan. Saya mencoba semampunya menjawab;
1. Negara tak bisa hiup sendiri, ia bak manusia yang saling membutuhkan, maka dari itu negara harus menghimpun diri dengan negara lain. Keuntungan dari negara yang bergabung di organisasi internasional adalah anggota dari organisasi tersebut secara legetimat di akui keberadaannya dalam pergaulan internasional, karena tidak mungkin organisasi internasional memasukkan negara-negara yang tak memenuhi syarat. Di organisasi tersebut Negara bisa membangun jaringan dengan negara lain dan juga keanggotaan di organisasi kemudian bisa menjadikan salah 1 posisi tawar/akreditasi ketika negara terkait ingin meminjam dana pada Bank Dunia".
2. Dinamika yang terjadi di dalam organisasi internasional tidak jauh-jauh dari transaksi politik dan ekonomi.
3. Secara sederhana keuntungan dari peminjaman dana pada Bank Dunia adalah dalam jangka pendek ketika negara lagi krisis dan membutuhkan dana dadakan akan mendapat utang atau di istilah haluskan "bantuan' pada Bank Dunia, tetapi dalam jangka panjang utang tersebut juga bisa saja membunuh negara pengutang karena ada bunga yang tidak sedikit yang wajib di bayar.
Setelah memaparkan jawaban, saya lantas memunculkan pertanyaan baru terkait Bank Dunia: "Darimana asal muasal Bank Dunia ada? Dariamana dana awal pembentukan Bank Dunia? Apakah dana awal Bank Dunia merupakan iuran dari negara-negara yang berada dalam organisasi internasional (PBB) atau seperti apa?"
Pak Dosen kemudian menyempurnakan jawaban saya, secara substansi sama dengan jawaban saya. Ia terlebih dahulu menjawab pertanyaan sebelumnya lalu menjawab pertanyaan saya : "Lahir dan asal dana awal Bank Dunia adalah dari bunga pinjaman negara-negara". Saya merasa kurang puas dengan jawaban tersebut karena menurut saya itu tidak menjawab akar pertanyaan. Dari penjelasan beliau hanya benar pada wilayah bahwa "Bunga pinjamanlah yang memperkaya Bank Dunia".
Karena tak puas dengan jawaban Pak Dosen setiba di Kost akhirnya saya coba tanya pada Paman Google. Telisik menelisik googling tak juga mampu menjawab pertanyaan saya. Akhirnya saya memutuskan melanjutkan tulisan ini berharap ada respon dari sahabat sosial media untuk membantu menjawab rasa penasaran saya.
Ada beberapa hal yang menarik dari penjelasan Pak Dosen, ia juga mengatakan: "Dengan mengutang di Bank Dunia malah menyengsarakan si Negara yang mengutang karena prinsip dan ideologi dari Bank Dunia adalah kapitalisme dan Liberalisme. Coba lihat negara yang mengutang pada Bank Dunia, apakah nasib mereka berubah? Negara yang mengutang tak punya daya ketika Bank Dunia menyetir negara tersebut. Dan Bank Dunia selalu menghantui negara berkembang (pengutang) dengan melakukan prediksi perekonomian dengan tipudaya data. Kebanyakan prediksi dari Bank Dunia pada negara berkembang selalu menyatakan negara yang dimaksud akan labil ekonomi dan akhirnya negara pengutang takut lalu kemudian mengutang lagi untuk mengantisipasi prediksi Bank Dunia agar negara pengutang terus stabil."
Beberapa ahli ekonomi Indonesia seperti Faisal Basri dan lain-lain sudah sering mewanti-wanti pemerintah agar menghentikan ketergantungannya pada Bank Dunia. Bangsa yang kaya ini tak hentinya di tebari Api Neraka pada Bank Dunia namun juga masih tak sadar atau mungkin sengaja tak sadar. Dengan segala sumber daya yang ada Indonesia sebenarnya mampu mandiri. Utang bangsa ini sudah mencapai sekitar 2.036,14 triliun. Sampai Presiden sekarang menghembuskan nafas terakhirnya utang tersebut tak akan terlunasi kalau Indonesia terus terus mengutang.
___________
Apabila dalam pernyataan saya terdapat kekeliruan dan sahabat pembaca memiliki jawaban lain mohon berkomentar pada tulisan ini
Ini hanya catatan lepas dan saya kurang literasi tentang perekonomian dunia
Apabila dalam pernyataan saya terdapat kekeliruan dan sahabat pembaca memiliki jawaban lain mohon berkomentar pada tulisan ini
Ini hanya catatan lepas dan saya kurang literasi tentang perekonomian dunia
0 komentar:
Posting Komentar