Sabtu, 12 Oktober 2013

Pasar Tradisional Milik "TIKUS"

Standard
Dalam 1 bulan terjadi kebakaran di 2 pasar Tradisional Kota Kendari: Pasar Korem dan Pasar Rombengan (depan Gramedia/Rabam). Ramadhan kali ini “Tuhan” seakan tak mampu mengurung para setan-setan, malah setan dengan mudahnya menampilkan wujudnya kedalam bentuk Kobaran Api mengelilingi Pasar Tradisional. Entah ‘setan’ kali ini menampakkan dirinya setelah dibisiki oleh pemerintah atau Investor ataukah dengan kemandirian langsung saja menduduki Pasar. Yang kita pahami kata agama bahwa : manusia terbentuk dari tanah dan setan terbentuk dari Api.

Proses pembangunan di Kota Kendari memang sedang gencarnya. Mall dan Pasar Modern menjadi candu! tak pelak untuk mewujudkan bangunan tersebut pasar tradisional menjadi tumbalnya. Contoh kecil lihatlah bagaimana proses pembangunan Mall Mandonga dan Pasar Modern Sentral Kota Lama: beberapa kali investor/pemerintah melakukan loby pada para pedagang, ketika tak ada kata sepakat secara mengejutkan maka terjadilah kebakaran. Apakah ini kebetulan saja terjadi? Apa guna gedung megah berdiri di atas penderitaan pedagang kecil kota?

***
Pasar Tradisional di Kota Kendari sepertinya telah mengikuti arisan yang di adakan oleh tikus-tikus pasar. Sedari beberapa tahun yang lalu Pasar tradisional di Kota Kendari seakan telah masuk dalam kotak lot, siapapun nama yang jatuh dari lot arisan tersebut maka akan menikmati panasnya kobaran api.

Selain 3 pasar yang baru di bangun; Pasar Panjang, Andonohu, dan Baruga, tak ada pasar yang tidak pernah merasakan kebakaran, mulai dari Pasar Sentral Kendari, Pasar Higienies (pindahan pasar sentral) Pasar Mandonga (sekarang jadi Mall), Pasar Lawata (sekarang di gusur/dipindahkan), Pasar Baru Wua-Wua 2010, dan terakhir giliran Pasar Korem (24 Juli 2013) dan Pasar Rombengan (31 Juli 2013) depan Rabam semua telah mencicipi siksa api dunia.

Berkompromi dengan saiton memang rumit. Sesuai sifatnya, setan sangat malas berdamai dengan manusia. Setan selalu mencari celah untuk menggodahi manusia. Banyak yang berpendapat bahwa 2 pasar yang terbakar di curigai ada campur tangan manusia di dalamnya. Karena belakangan, saya mengetahui bahwa pemilik 2 pasar swasta tersebut dimiliki oleh satu orang. Kalau dugaan masyarakat benar, mungkin oknum pembakar pasar berpendapat; kesejatian manusia dinilai dari keberhasilannya mengubah lokasi yang di kerumuni tikus menjadi lokasi yang berdinding megah!

Ada apa semua ini? Adakah ini cara terinstan oknum/pemerintah/investor dalam melahirkan pusat perbelanjaan ala kapitalisme? Ataukah tuan rumah pasar tradisional memang menjadikan Kobakaran Api sebagai lagu wajib atas tumbal dari pengambil alihan rumahnya?

Saya curiga selama ini tikus-tikus pasar yang sering muncul di malam hari merupakan pemilik pasar tradisonal. Karena tak mampunya para 'TIKUS' untuk menggesek korek api maka ia berkompromi dengan siton untuk membakar rumahnya setelah terlebih dahulu Sang 'TIKUS' mendapat perintah dari Jin Afrut. Tikus-tikus tersebut merupakan tuan rumah, jadi seenaknya saja mereka mau apakan pasar. Apakah ingin membakarnya ataukah ingin mengencingi jualan-jualan pedagang kecil. Itu mau mereka, toh itu rumah mereka!

***
31 Juli 2013

0 komentar: