Sumber Foto : dzihanivakhaerinarizqiwening.blogspot.com |
Media mengantar derasnya arus informasi. Koorporasi media dengan kekuatannya, terkadang berhasil mengemas budaya negative menjadi budaya positif. Terbangun indikator kadar kegaulan yang salah arah seperti : ‘kalau anda tak merokok dan meminum minuman keras maka anda tak gaul’ atau ‘kalau anda tak memakai brand billabong, macbeth, vans dan sejenisnya maka segala pakaian yang melekat dibadan itu tak seksi di pandang mata’. Padahal yang namanya pakaian tak ada yang tak sobek bila terkena gunting. Demikianlah predikat atau standar kegaulan remaja yang terbangun hari ini.
Tentunya, pemuda memiliki
filterirasi yang kecil tinimbang kaum cerdik cendikia. Jadi apa yang disajikan
pada banyak media akan budaya luar dan juga geseran makna yang ditanggap tak
bisa pula kita langsung menyalahkan pemuda. Pemerintah dan Kaum cerdik cendikia
memiliki tanggung jawab dalam hal ini untuk melakukan penyadaran akan substansi
daripada berkehidupan serta pentingnya melestarikan kearifan lokal, dimana
dengan kesadaran bersama, bukan hanya warisan material dari nenek moyang
seperti sertifikat tanah, mobil dan lain-lain yang harus kita jaga tetapi juga
jauh pada wilayah kebudayaan dan falsafah-falsafah kehidupan yang penuh dengan
kedalaman makna, wajib untuk di lestarikan! Karena hari ini telah terjadi
kontaminasi kapitalisme pada nilai lokal, nilai etik, dan nilai spiritual.
Semangat Kendari Kreatif
Kendari Kreatif merupakan kumpulan dari Individu, pelaku UKM maupun Komunitas kreatif di Kota kendari. Salah satu misinya ialah mencoba hadir untuk menmbangun filterisasi budaya yang masuk dari luar dan upaya melestarikan nilai leluhur yang diwujudakan dengan melakukan kajian dan pelatihan yang di implementasikan dengan memproduksi barang yang bernilai lokal serta mengadakan event untuk menampilkan produk lokal. Dalam internal KK sendiri terdapat beberapa golongan, baik itu aktor intelektual maupun aktor lapangan yang banyak di isi oleh anak jalanan, dimana latar belakang pendidikannya mulai dari Strata 1, SMA, SMP bahkan ada yang putus sekolah. Anggota muda merupakan penyambung nyawa Kendari Kreatif dalam menciptakan iklim kelokalan maupun untuk menyebarkan energy positif agar tiap pemuda tidak hanya duduk menjadi penonton, kawula muda diwajibkan memiliki karya yang benilai.
Kendari Kreatif merupakan kumpulan dari Individu, pelaku UKM maupun Komunitas kreatif di Kota kendari. Salah satu misinya ialah mencoba hadir untuk menmbangun filterisasi budaya yang masuk dari luar dan upaya melestarikan nilai leluhur yang diwujudakan dengan melakukan kajian dan pelatihan yang di implementasikan dengan memproduksi barang yang bernilai lokal serta mengadakan event untuk menampilkan produk lokal. Dalam internal KK sendiri terdapat beberapa golongan, baik itu aktor intelektual maupun aktor lapangan yang banyak di isi oleh anak jalanan, dimana latar belakang pendidikannya mulai dari Strata 1, SMA, SMP bahkan ada yang putus sekolah. Anggota muda merupakan penyambung nyawa Kendari Kreatif dalam menciptakan iklim kelokalan maupun untuk menyebarkan energy positif agar tiap pemuda tidak hanya duduk menjadi penonton, kawula muda diwajibkan memiliki karya yang benilai.
Diawal tahun berdirinya, dalam
setiap event yang dilaksanakan Kendari Kreatif hampir jarang di bantu oleh
pihak swasta maupun pemerintah. Padahal, khususnya pemerintah harusnya malu!
karena malah Kendari Kreatiflah yang mencoba mengembangkan Ekonomi Kreatif di
Kota Kendari secara nyata melalui event dan juga menciptakan produk kreatif
lokal. Daya pemerintah belum sangat nampak upaya dalam membangun ekonomi kreatif
di Bumi Anoa ini.
Nambo Face 2013 dan Toronipa Fest
2013
Beberapa saat lalu, tepatnya pada tanggal 10 - 11 Agustus (Nambo Face) dan 14-18 Agustus (Toronipa Fest) Kendari Kreatif menggodok 2 event, Nambo Face 2013 dan Toronipa Fest 2013. Sebelum event ini dilaksanakan, para pengarah KK sudah memperhitungkan kerugian dan keuntungan dari event ini. Hasil dari kajian event ini sebelum di laksanakan adalah secara ekonomis event tersebut rugi tetapi secara branding, proses pengkaderan kepada anggota dan nilai-nilai pengembangan budaya lokalnya dapet.
Bagaimana mungkin, dengan menggerakkan 24 Komunitas KK bisa menggodok event dengan modal suport dari Djarum Black Mild sebesar 8 juta selama 7 hari. Sangat mustahil event ini untung secara ekonomis dengan konten acara yang begitu megah bahkan menghadirkan talenta potensial serta mampu menghadirkan DJ local dengan bayaran yang sedikit tinggi.
Beberapa saat lalu, tepatnya pada tanggal 10 - 11 Agustus (Nambo Face) dan 14-18 Agustus (Toronipa Fest) Kendari Kreatif menggodok 2 event, Nambo Face 2013 dan Toronipa Fest 2013. Sebelum event ini dilaksanakan, para pengarah KK sudah memperhitungkan kerugian dan keuntungan dari event ini. Hasil dari kajian event ini sebelum di laksanakan adalah secara ekonomis event tersebut rugi tetapi secara branding, proses pengkaderan kepada anggota dan nilai-nilai pengembangan budaya lokalnya dapet.
Bagaimana mungkin, dengan menggerakkan 24 Komunitas KK bisa menggodok event dengan modal suport dari Djarum Black Mild sebesar 8 juta selama 7 hari. Sangat mustahil event ini untung secara ekonomis dengan konten acara yang begitu megah bahkan menghadirkan talenta potensial serta mampu menghadirkan DJ local dengan bayaran yang sedikit tinggi.
Tak di pungkiri, dari kenekatan
pengarak KK masih banyak yang musti di evaluasi. Dilapangan banyak anggota yang
kelaparan bahkan hingga mendirikan tenda di pinggir pantai, mencari kerang laut
pada saat air surut untuk memenuhi kebutuhan perut dan banyak kisah sedih
lainnya. Tapi surviver pemuda KK merupakan jawaban atas tugas yang di emban.
Sedikit pun anggota muda tidak lari hingga acara selesai.
Terkadang konsep dari para person
pemersatu KK tak luput dari lihai. Semangat penancapan nilai juga kadang
mengabaikan nilai lainnya. Kaderisasi memang begitu mahal harganya, tapi tidak
untuk menyakiti yg lain. Tapi alhasil, dari 2 event gambling ini KK mampu
melihat mentalitas, spirit, dan kualitas anggota. Dari event ini pula KK
mendapatkan kader pelanjut yang telah teruji di lapangan. Kelahiran Tim 10
menjadi titik awal KK dalam menciptakan regenerasi kedua.
Kalau ada yang bertanya berapa harga
sebuah generasi? KK menjawab 8 juta untuk modal awal dan bahana keringat yang
musti di keluarkan hampir setahun. Itupun hanya mampu mencetak 10 orang saja.
Sekarang, ketika pertanyaannya di tujukan pada pemerintah apakah pemerintah
bisa menjawab? Sudah berapa uang dan waktu yang dikeluarkan oleh pemerintah
untuk mencetak sebuah generasi?
Ini persoalan 'Nilai', 'Peningkatan
Kualitas Manusia', dan 'Penyebaran Energi Positif' bukan soal 'Komersialisai'
maupun 'Duit'. Mengelolah manusia yang bekerja atas nama proses pembelajaran
dan penyebaran nilai memang tak segampang mengelolah manusia berbayar. Ketidak
mampuan SDM lokal memproduksi barang unggul merupakan hukuman atas menindasnya
produk barat di Bumi Nusantara maupun Bumi Anoa. Apakah kita harus berdiam
diri melihat kenyataan ini? Apakah generasi muda yang lahir terus menerus harus
kita biarkan sebagai konsumen saja?
Mari berkarya dan menciptakan
generasi!
0 komentar:
Posting Komentar