Senin, 23 September 2013

Harga Sebuah Generasi

Standard
Sumber Foto : dzihanivakhaerinarizqiwening.blogspot.com
Andaikan Rene Descarter hidup di Indonesia pada zaman ini kemungkinan ia akan mengubah pendapat revolusinernya dari “Aku berfikir maka aku ada” menjadi “Melekatnya produk barat di tubuhku maka aku ada”. Mengapa demikian? Hari ini banyak kalangan muda yang terjebak pada budaya konsumerisme. Seolah hidup hanya nikmat ketika mengkonsumsi barang mewah, produk impor, dan tipudaya produk kapitalis. Barang menjadi ukuran kebahagiaan hidup. Globalisasi informasi mempermudah akses informasi dari segala sudut jendela dunia. Filterisasi informasi sangat di perlukan, guna menyaring budaya luar yang masuk di bumi Nusantara ini.

Media mengantar derasnya arus informasi. Koorporasi media dengan kekuatannya, terkadang berhasil mengemas budaya negative menjadi budaya positif. Terbangun indikator kadar kegaulan yang salah arah seperti : ‘kalau anda tak merokok dan meminum minuman keras maka anda tak gaul’ atau ‘kalau anda tak memakai brand billabong, macbeth, vans dan sejenisnya maka segala pakaian yang melekat dibadan itu tak seksi di pandang mata’. Padahal yang namanya pakaian tak ada yang tak sobek bila terkena gunting. Demikianlah predikat atau standar kegaulan remaja yang terbangun hari ini.

Tentunya, pemuda memiliki filterirasi yang kecil tinimbang kaum cerdik cendikia. Jadi apa yang disajikan pada banyak media akan budaya luar dan juga geseran makna yang ditanggap tak bisa pula kita langsung menyalahkan pemuda. Pemerintah dan Kaum cerdik cendikia memiliki tanggung jawab dalam hal ini untuk melakukan penyadaran akan substansi daripada berkehidupan serta pentingnya melestarikan kearifan lokal, dimana dengan kesadaran bersama, bukan hanya warisan material dari nenek moyang seperti sertifikat tanah, mobil dan lain-lain yang harus kita jaga tetapi juga jauh pada wilayah kebudayaan dan falsafah-falsafah kehidupan yang penuh dengan kedalaman makna, wajib untuk di lestarikan!  Karena hari ini telah terjadi kontaminasi kapitalisme pada nilai lokal, nilai etik, dan nilai spiritual.
Semangat Kendari Kreatif
Kendari Kreatif merupakan kumpulan dari Individu, pelaku UKM maupun Komunitas kreatif di Kota kendari. Salah satu misinya ialah mencoba hadir untuk menmbangun filterisasi budaya yang masuk dari luar dan upaya melestarikan nilai leluhur yang diwujudakan dengan melakukan kajian dan pelatihan yang di implementasikan dengan memproduksi barang yang bernilai lokal serta mengadakan event untuk menampilkan produk lokal. Dalam internal KK sendiri terdapat beberapa golongan, baik itu aktor intelektual maupun aktor lapangan yang banyak di isi oleh anak jalanan, dimana latar belakang pendidikannya mulai dari Strata 1, SMA, SMP bahkan ada yang putus sekolah. Anggota muda merupakan penyambung nyawa Kendari Kreatif dalam menciptakan iklim kelokalan maupun untuk menyebarkan energy positif agar tiap pemuda tidak hanya duduk menjadi penonton, kawula muda diwajibkan memiliki karya yang benilai.
Diawal tahun berdirinya, dalam setiap event yang dilaksanakan Kendari Kreatif hampir jarang di bantu oleh pihak swasta maupun pemerintah. Padahal, khususnya pemerintah harusnya malu! karena malah Kendari Kreatiflah yang mencoba mengembangkan Ekonomi Kreatif di Kota Kendari secara nyata melalui event dan juga menciptakan produk kreatif lokal. Daya pemerintah belum sangat nampak upaya dalam membangun ekonomi kreatif di Bumi Anoa ini.
Nambo Face 2013 dan Toronipa Fest 2013
Beberapa saat lalu, tepatnya pada tanggal 10 - 11 Agustus (Nambo Face) dan 14-18 Agustus (Toronipa Fest) Kendari Kreatif menggodok 2 event, Nambo Face 2013 dan Toronipa Fest 2013. Sebelum event ini dilaksanakan, para pengarah KK sudah memperhitungkan kerugian dan keuntungan dari event ini. Hasil dari kajian event ini sebelum di laksanakan adalah secara ekonomis event tersebut rugi tetapi secara branding, proses pengkaderan kepada anggota dan nilai-nilai pengembangan budaya lokalnya dapet.

Bagaimana mungkin, dengan menggerakkan 24 Komunitas KK bisa menggodok event dengan modal suport dari Djarum Black Mild sebesar 8 juta selama 7 hari. Sangat mustahil event ini untung secara ekonomis dengan konten acara yang begitu megah bahkan menghadirkan talenta potensial serta mampu menghadirkan DJ local dengan bayaran yang sedikit tinggi.
Tak di pungkiri, dari kenekatan pengarak KK masih banyak yang musti di evaluasi. Dilapangan banyak anggota yang kelaparan bahkan hingga mendirikan tenda di pinggir pantai, mencari kerang laut pada saat air surut untuk memenuhi kebutuhan perut dan banyak kisah sedih lainnya. Tapi surviver pemuda KK merupakan jawaban atas tugas yang di emban. Sedikit pun anggota muda tidak lari hingga acara selesai.
Terkadang konsep dari para person pemersatu KK tak luput dari lihai. Semangat penancapan nilai juga kadang mengabaikan nilai lainnya. Kaderisasi memang begitu mahal harganya, tapi tidak untuk menyakiti yg lain. Tapi alhasil, dari 2 event gambling ini KK mampu melihat mentalitas, spirit, dan kualitas anggota. Dari event ini pula KK mendapatkan kader pelanjut yang telah teruji di lapangan. Kelahiran Tim 10 menjadi titik awal KK dalam menciptakan regenerasi kedua.
Kalau ada yang bertanya berapa harga sebuah generasi? KK menjawab 8 juta untuk modal awal dan bahana keringat yang musti di keluarkan hampir setahun. Itupun hanya mampu mencetak 10 orang saja. Sekarang, ketika pertanyaannya di tujukan pada pemerintah apakah pemerintah bisa menjawab? Sudah berapa uang dan waktu yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mencetak sebuah generasi?
Ini persoalan 'Nilai', 'Peningkatan Kualitas Manusia', dan 'Penyebaran Energi Positif' bukan soal 'Komersialisai' maupun 'Duit'. Mengelolah manusia yang bekerja atas nama proses pembelajaran dan penyebaran nilai memang tak segampang mengelolah manusia berbayar. Ketidak mampuan SDM lokal memproduksi barang unggul merupakan hukuman atas menindasnya produk barat di Bumi Nusantara maupun Bumi Anoa. Apakah kita harus berdiam diri melihat kenyataan ini? Apakah generasi muda yang lahir terus menerus harus kita biarkan sebagai konsumen saja?
Mari berkarya dan menciptakan generasi!

0 komentar: