Sore menyambut bulan ramdhan, saya sedang membantu kakak beres-beres dari kost dekat tempat ia bekerja pindah ke rumah mertuanya. Tiba-tiba saya mendapat sms dari nomor asing, melihat kode nomornya sepertinya dari negeri pariangan bandung. Sms tersebut berbunyi informasi tawaran untuk menjadi peserta pelatihan Ekonomi Kreatif Se-Indonesia mewakili Sulawesi Tenggara dan kemudian akan menjadi fasilitator pada pelatihan Ekonomi Kreatif di Sulawesi Tenggara. Menurut si pengirim sms, beliau mengetahui saya dari akun facebook Distro kakak saya Anaconda Distro Kendari, pada saat itu memang sayalah satu-satunya yang mengoperasikan akun facebook Anaconda hingga mencapai pertemanan 2.000 lebih, jadi ketika search fb dengan kata Kendari maka yang akan muncul dihalaman utama adalah akun tersebut. Belakangan saya mengetahui orang asing tersebut adalah makhluk briliant dari Kota Bandung, ia merupakan doktor dari lulusan Amsterdam yang sekarang mengabdi di ITB dan juga komunitas BCCF, namanya adalah Tita Larasati.
Setelah mendapatkan sms tersebut, saya bersama kakak di tengah proses angkut-angkut barang langsung mengevaluasinya. Karena keadaan pada hari itu tidak memungkingkan untuk berdiskusi panjang lebar maka pada malam harinya saya diberi amanah untuk menanggapi tawaran tersebut.
Setelah itu segera saja saya melakukan komunikasi intens bersama Bu Tita, baik melalui sms dan juga akun facebook. Komunikasi terus berlanjut dari hari kehari, alhasil! saya mewakili pihak Anaconda Indie Shop menjawab ke Bu Tita untuk siap menjadi fasilitator dan mewakili Sulawesi Tenggara pada pelatihan tersebut. Beliau pun memberikan informasi akan segera ke Kendari untuk berkomunikasi langsung dengan saya dan juga ingin bertemu pada Dinas Ekonomi dan Industri daerah.
Selang beberapa minggu kemudian DR. Tita ke Kendari, Beliau meminta rekomendasi cafe yang asik di Kendari, saya memberikan beliau 2 opsi yaitu Kopi Kita atau Kopi Daeng. Mendengar kata Daeng atas pertimbangan unsur kearifan lokal ia memilih Kopi Daeng sebagai tempat pertemuan.
Saya mengajak Aswin yang juga keluaraga atau marketing lepas di Anaconda untuk bertemu. Pada saat di Kopi Daeng kami mulai berdiskusi, beliau membuka diskusi dengan menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya dan memperkenalkan BCCF (Bandung Creative City Forum) lalu saya lanjutkan pemaparan mengenai Anaconda Indie Shop dan potensi Kota Kendari dan Sulawesi Tenggara. Pertemuan akhirnya berhenti sekitar 2 jam setelahnya. Sebelum usai, saya bersama aswin mengajak Bu Tita untuk nongkrong di Cafe Pirla pada malam harinya. Aswin pada saat itu mengantar Bu Tita untuk kembali ke hotel Horizon. Di tengah perjalanan aswin menceritakan tentang peninggalan sejarah di Kota Lama yang akhirnya membuat Bu Tita untuk mewajibkan kami mengantarnya melihat peninggalan sejarah di Mata dan daerah bioskop Kota Lama.
Setelah pertemuan itu saya berdiskusi sama aswin untuk mengevaluasi pemaparan Bu Tita. Pada pemaparannya Bu Tita menyatakan ia membutuhkan 3 orang dari Anaconda untuk menjadi fasilitator pada pelatihan tersebut tetapi karena ada perkataan bahwa ke 3 orang ini ketika kembali akan kemudian melatih lagi 10 pelaku Industri Kreatfi di Kota Kendari dan kalau bisa membentuk pula komunitas kreatif di kota kendari sebagai media untuk mengembangkan Industri Kreatif di Kendari dan Sulawesi Tenggara, saya pada waktu itu berfikir objektif bahwa ketika saya membawa 3 orang dari Anaconda, kedepannya, maka akan sulit kemudian maju ketika membentuk komunitas.
Terjadilah pemetaan potensi di antara kami. Saya yang kecenderungan memiliki kemampuan pemasaran di bidang sosial media, aswin pada saat itu bergerak di industri kreatif pernak pernik gelang dari kerang laut, jadi kita tingggal membutuhkan 1 sosok lagi untuk mengfikskan keberangkatan. Yang ada nama dibenak saya kala itu ialah kakak saya yang bernama Ririn. Pertimbangannya karena dia memiliki banyak teman di Universitas Haluoleo (UNHALU) Kendari, pada pemaparan Bu Tita juga di BCCF banyak juga unsur ITBnya. Akan sulit kemudian kedepannya merangkul orang di UNHALU ketika tidak ada mentor dari mahasiswa UNHALU sendiri, berhubung waktu saya di Kota Kendari pada saat itu tinggal 1 bulan jadi tidak bisa saya bertanggung jawab terbentuknya komunitas sejenis BCCF di Kota Kendari. Kembali pada pertimbangan awal, bahwa tidak bisa perwakilan dari Anaconda semua, maka Aswin mengundurkan diri, saya menemukan 1 sosok yang bernama Riskal, saya kenal dia karena kakak kelas saya di SMA Negeri 9 Kendari, saya mengingat ia telah selesai sekolah desain di Jakarta dan kembali mengabdi di DISTRO LOCKSTOCK. Bersama Aswin bergegaslah kami mencari Riskal di LOCKSTOCK SHOP. Di Lockstock si Riskal tidak ada dan kami menjampangi kerumahnya. Dirumahnya saya kemudian memaparkan akan tawaran tersebut dan tanpa sedikit pertimbangan ia mengamini ajakan tersebut.
Minggu, kejar waktu kami kami tidak ontime. Saya, Aswin dan Riskal berangkat ke hotel horizon untuk memenuhi permintaan Bu Tita ke Dinas Industry dan mengamini permintaannya untuk berkunjung ke Kota Lama. Di Kota Lama Bu Tita menafsirkan akan potensi yang di miliki daerah tersebut dan pemikiran kami di bukanya. Lalu setelah itu kami mengantarnya di lepo-lepo untuk menaiki taksi menuju Bandara Haluoleo.
Beberapa minggu kemudian pihak pelaksana di jakarta menelpon saya dan mengirimkan uang tiket dan jalan. Berangkatlah Saya, Ririn dan Riskal ke bandung melalui bandara SOEHATTA.
Bandung, Tasik Malaya, dan Jogja. Di 3 tempat tersebut kami banyak mendapatkan pengetahuan mengenai Industry Kreatif dan kami juga mempresentase mengenai potensi kota kendari. Pada saat penutupan acara di jogjakarta ada sedikit dinamika forum yang saya masih ingat pada waktu itu saya berkata : Kalau Soekarno membutuhkan 10 orang pemuda untuk memajukan bangsa Indonesia, maka kami hanya membutuhkan 10 orang pemuda Kendari untuk mengangkat Gunung Jati. Salah 1 pelatih pun mengatakan luar biasa semangatnya.
Kendari. Hasil pelatihan dan evaluasi tersebut kami save dan sepakat untuk membentuk pelatihan dan komunitas di Kota kendari.
Saya harus kembali ke Malang, yang saya tinggalkan adalah penuntasan komunikasi akan bantuan dari pusat untuk membuat pelatihan di Ranah. Dan mereka membuat pelatihan sepeninggal saya kembali ke perantauan.
2011 Ramadhan ; Tak ada Hasil
Cek percek, pada pelaksanaannya saya melihat potensi baru bagi perkembangan Ekonomi Kreatif di Kota Kendari. Tapi setahun setelahnya saya tidak melihat adanya komunitas terbentuk dan pada saat mudik 2012 saya lalu mencoba mengajak kembali Ririn dan Jamal yang sudah pialang di dunia EO. Riskal pada saat itu saya putus kontak dengannya. Lahirlah Konsep. Saya melakukan komunikasi pada senior dilorong dan ke Bu Tita. Kemudain saya memaparkan konsep tersebut pada Bu Tita sampai pada bagaimana struktural dan rancangan komunitas. Tapi karena kendala di alumni pelatihan yang menghilang 1 persatu dan saya lagi dan lagi harus segera kembali ke perantauan maka konsep itu tinggallah menjadi konsep yang tidak terbumikan,
2012 Sekitar Bulan 2 ; Mengabai
Setahun setelah itu saya mudik lagi, tapi saya tak membawa wacana untuk pembentukan komuitas, saya hanya fokus menaikkan omset Anaconda yang alhasil waktu itu mendapat keuntungan banyak. Kembalilah saya ke perantauan.
2012 Ramadhan; Pencerahan
Saya sudah tidak mengurus Anaconda lagi karena fokus pada penelitian di Kendari dan membangun organisasi yang sedang saya jalani masa ibadahnya. Tujuan saya untuk membuka komunikasi pada cendikiawan dan alumni Malang. Rendra kemudian melempar wacana untuk melahirkan kembali komunitas tersebut tapi saya sedikit cuek. Saya hanya memaparkan bagaimana pelatihan 2 tahun lalu dan konsep yang telah kami buat bersama Jamal.
Setelah itu, ternyata Rendra (Kakak kandung saya) sosok yang saya kenal selalu bermain wacana, serius untuk membumikan wacana itu. Setelah saya merefleksikan dan kemudian dipertemukan sama Adnin owner Pokea, saya melihat ada semangat baru. Pada saat yang sama kebetulan kami sedang nongkrong di HJ.SALMA. Disitu ada Derlin owner WARKOP NDERLIN. Ia diajak terlibat dan kemudian tertarik. Terjadilah koordinasi yang terus menerus. Bang Derlin banyak merangkul juniornya. Bonti bergabung. Koordinasi intens dan kami beberapa pelaku Industry Kreatif tanpa seluruh alumni pelatihan sepakat untuk mendeklarasikan komunitas yang bernama Kendari Kreatif ditandari dengan lahirnya konsep dan event Kendari Kreatif Fest (KKFEST) 2012.
Sebelum event itu terlaksana kami (saya dan ririn) ke buton di jajak Rendra untuk melihat Festifal Kraton sekaligus membawa jualan kaos Kreatif Anabule vs Anaconda, Pokea dan Bonti.
Sepulang dari itu akhirnya nama Kendari Kreatif dan event #KKFest2012 di patenkan dengan mentahan AD/ART yang saya buat (tidak tau apa masih dipakai sekarang) dan konsep lainnya. Saya pada waktu itu sekertaris pelaksana yang lagi-lagi tak melihat langsung event tersebut karena musti kembali keperantauan. Namun akhirnya setelah berdarah-darah, Kendari Kreatif terdeklarasi dan event itu terlaksana juga, bahkan event tersebut berhasil menghipnotis warga Kendari. Ada juga pihak yang ingin menyirnahkan tapi tak sanggup.
Dengan melihat komposisi aktifis di KK saya yakin beberapa tahun kemudian Kendari Kreatif akan bisa membalikkan bola untuk menggiring perubahan dari perilaku ummat Kendari yang cenderung konsumersime menjadi produktifisme.
Pelurusan
Saya melihat dari perantauan, konsep BCCF harus dikontektualisasikan pada Kendari, tidak ditelan mentah-mentah. Beberapa dinamika diskusi di grup facebook KK saya berpendapat bahwa berkarya tidak sesederha melembaga. Harus ada konstitusi lembaga yang jelas agar anggota dalam melakukan kegiatan berdiri atas landasan filosofis dan visi yang disepakati bersama, keprofesionalan dan lain-lain juga utama. Kongres, Mubes atau apalah namanya mungkin perlu, tapi tidak dalam hasrat untuk memilih ketua. System presidium sepertinya lebih menarik!.
Dalam proses pembentukan KK ada wacana bahwa ketika kami membuat komunitas Kreatif itu sudah barang resmi akan di akreditasi oleh Kementrian Ekonomi Kratif. Belakangan saya kroscek bahwa dalam mendaftarkan komunitas ke kementrian harus banyak indikator yang musti di penuhi.
Wacana legal di kementerian sebenarnya begini ceritanya; saya juga pernah mendengar janji itu dan sempat pula memaparkan di forum bahwa #KKFest2012 bisa menjadi indikator di loloskannya KK di kementrian. Ririn dapat info dari Bu Tita sepertinya, ia lantas memberitahui Rendra bahwa kalau ada komunitas kita akan resmi. Dengan penjelasan sepotong-sepotong itu Rendra melempar info ke forum KK dan anggota KK mengamini. Sebenarnya, kemungkinan ada sedikit salah tangkap karena saya juga tak pernah melakukan komunikasi langsung tentang hal tersebut ke Bu Tita. Info itu ada dari pelatihan Ekonomi Kreatif di Kendari dan mungkin Bu Tita mengutarakan hal tersebut yang ditangkap berbeda. Tak paham apakah karena logat kesundaan yang ditafsirnya berbeda atau memang itu janji atau informasi. Saya agak kabur tentang keberlanjutan wacana ini tapi Kendari Kreatif memang sudah layak untuk dicatat di kementrian karena sudah banyak menebar energy positif di Kendari Sulawesi Tenggara. Pun KK belum terdaftar mari di daftar dengan prosedural yang ada.
***
Yang penting untuk di catat ada 2 unsur; Pertama, KK lahir boleh dikata ada hubungan historis dari hasil pelatihan Ekonomi Kreatif Indonesia karena beberapa orang yang mengikuti pelatihan tersebut terlibat didalamnya. Kedua, KK juga boleh dikata tidak ada hubungannya dengan hasil pelatihan Ekonomi kreatif tersebut karena yang lebih dominan dalam penggodokan dan berjalannya KK ialah orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan pelatihan tersebut.
Mari mencatat apa yang diketahui!
Mari mencatat apa yang diketahui!
Semangka KK!
0 komentar:
Posting Komentar