Di tengah pusaran hati yang sedang menahan rindu keluarga di kampung halaman, pada tanggal 18 Juli 2015, Kakak kandung saya yang ketiga memposting sebuah foto lawas di instagram yang kemudian tersambung ke dinding facebook saya dan juga keluarga di Makasaar dan Kendari. Ini dia foto tersebut:
Manaba Family Nyanyi Bareng di Suatu Tempat. |
Foto ini diperkirakan terjepret sekitar tahun 1988. Nampak dari foto di atas Bapak saya yang berkemeja biru sedang pegang mice bersama saudara-saudara kandungnya dengan riang gembira mendendangkan sebuah lagu, entah lagu apa.
Melihat foto di atas, beban rindu semakin menggumpal dalam hati. Pikiran saya seketika langsung tertuju pada nostalgia lama ketika menginjak umur sekitar 4-7 tahun. Di umur segitu, saya masih menyaksikan langsung bagaimana geliat Bapak di dunia seni.
Saya sangat sering menjumpai para seniman-seniman lokal berkunjung ke rumah berdiskusi tentang bagaimana membangkitkan kesenian lokal, event apa yang akan mereka kerjakan, hingga pada suatu ketika di acara penamatan SD ku, Bapak menyumbangkan dua buah lagu yang saya lupa tepat judulnya. Teknik vokal Bapak ketika menyanyi jarang mengambil nada-nada tinggi, ia lebih suka menyanyi dengan nada datar, seolah sadar dengan suara merdunya. Sayang, momen-momen Rock n Roll ini tak lagi pernah kujumpai di masa remaja hingga saat ini.
Sewaktu mudanya, selain sempat berkecimpung didunia teater, musik memang sempat menjadi kerjaan sampingan Bapak dalam memenuhi kebutuhan dapur. Namun, Bapak tak terjun langsung, melainkan beliau hanya memanajemen musisi muda untuk main di acara nikahan serta membangun jasa studio musik kecil di beranda rumah.
Ah, sayangnya saat itu saya masih terlalu kecil dan sama sekali tak paham dengan dunia musik. Saat ini, setelah melihat foto di atas, saya baru benar-benar menyadari bahwa dari gen Bapaklah mengapa saya sangat senang dengan kesenian. Tak terbatas soal musik. Namun genetik musik yang rasanya paling menancap. Semakin saya lari dari musik, semakin musik mendekatiku. Hingga kini, setelah vakum dalam waktu yang lama, saya kembali berencana mengeluarkan sebuah album bersama band pop minimalis yang baru ku bentuk.
Saya juga baru paham bagaimana bijaknya Bapak sewaktu masa SMA dimana saya lebih memilih banyak menghabiskan waktu bermusik daripada belajar. Walau Bapak saat itu cuek, dalam diam tanpa kuminta, beliau membelikan saya gitar bass. Pada suatu malam saat saya perform di suatu tempat, Bapak juga tanpa kata ternyata malam itu keliling Kota Kendari hanya untuk melihat saya perform. Sayang waktu itu Bapak tak menemukan dimana tempat saya perform. Oh, iya. Sewaktu Kakak ke tiga saya sering nampil di festival, Bapak memang sering datang melihat langsung anaknya perform. Lalu kemudian di rumah beliau mengevaluasi band Kakak.
Ah, pap. Foto yang di posting oleh Kak Rendra itu datang begitu tepat. Saat ini saya sedang membangun usaha recording musik. Dan bulan Agustus-Oktober adalah masa pengerjaan album musik saya bersama teman.
Saya lagi-lagi jadi paham mengapa sewaktu awal merantau ketika saya membawa gitar acostik dan gitar bass engkau tak melarangku, walau bagasi pesawat over beberapa kilo. Dulu juga seaktu Kak Rendra mengangkut semua alat studio ke Makassar engkau mengamininya. Ingatanku padamu membakar semangat percaya diriku. Insya Allah di album ini saya akan mengeluarkan kemampuan terbaikku. Makasih atas genetik seni yang mengalir kuat dalam darahku. Kau adalah inspirasiku! Insya Allah album ini akan sampai di telingamu, Pap.
Satu lagi, Pap. Dulu sewaktu rambut Kakak Ical dan Kakak Rendra gondrong engkau tak melarang. Begitupula dengan saya yang juga gondrong sewaktu mudik dulu. Kan di ruang tengah rumah terpampang jelas foto nikahan dengan Mamah rambutmu gondrong. Ah, sungguh engkau Bapak yang manis. Buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya. Salam Rock n Roll dari negeri rantau, Pap :)
0 komentar:
Posting Komentar