Minggu, 04 November 2012

Catatan Harian

Standard
Di tengah koaran elite politik Sulawesi Tenggara akan adanya Sekolah Gratis bagi masyarakat kurang mampu pada media baliho, banner dan media massa, pada saat yang sama tanpa janji dan retorika ada segelintir mahasiswa(i) secara sukarela mentransformasikan ilmunya bagi para pengamen jalanan tanpa imbalan rupiah di tengah-tengah Kota Kendari .

Kondisi pendidikan di kampung saya sungguh sangat memprihatikan, ketika saya bekunjung di depan halaman Mesjid Agung Al-kautsar Kendari salah seorang guru sukarelawan di KOJAK mengatakan bahwa sekolah gratis ini tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah melainkan bantuan swasta. Sementara banner yang bertuliskan 'Sekolah Gratis Bagi Masyarakat Kurang Mampu' berada beberapa meter dari tempat tersebut.

Bayangkan, ditengah Kota Kendari saja seakan pemerintah tutup mata dengan kondisi tersebut bagaimana dengan kondisi di pelosok desa Sulawesi tenggara?

Entah karena mungkin KOJAK sebagai pihak pengelola yang kurang publikasi sehingga tidak adanya bantuan yang datang dari pemerintah ataukah pihak yang bertanggung jawab atas terlaksananya wajib pendidikan 9 tahun yang memang mengalami kerabunan.

Kira-kira anggaran program Sekolah Gratis itu siapa yang menikmatinya?

Saya kagum dengan mahasiswa yang belum berpenghasilan di KOJAK, mereka tidak pernah turun ke jalan untuk menuntut apapun dari pemerintah, mereka secara rela dan ikhlas mau menuangkan waktunya untuk mendidik puluhan pengamen jalanan, pengemis, dan tukang pikul dengan fasilitas ala kadarnya.

Kira-kira kemana yah pemerintah, apakah pada menghamburkan uang dan memenuhi kebutuhan kelaminnya di tempat yang tersensor? Atau kemana?

Keadaan ini mungkin sudah cukup menjadi salah satu landasan saya untuk GOLPUT pada PILGUB besok 4 Nov 2012 (13.46).

KOJAK : Komunikasi dan Jalinan Anak

Klik ini untuk melihat foto kondisi sekolah gratis KOJAK

0 komentar: