Minggu, 16 Februari 2014

Relawan Rp. 0 - Semangat 1945

Standard
Berada dekat dengan Anies Baswedan selama di Surabaya, mengingatkan saya pada sosok Indra Jaya Piliang saat maju pada Pemilukada Kota Pariaman. IJP melalui tulisannya yang berjudul 'Tentang Tim Kurcaci' mengisahkan bagaimana Tim Kurcaci yang di dominasi oleh pemuda dipandang sebelah mata oleh tim lain. Namun, menunjukkan suatu prestasi yang gemilang. Dalam waktu kurang dari dua minggu tim kurcaci mampu mengumpukan 7000 KTP dan berhasil melengkapi syarat IJP-JOSS menjadi Calon Walikota Pariaman melalui jalur independent.

Kami mungkin bisa di katakan kurcaci. Dalam tubuh Relawan Turun Tangan memang di dominasi oleh anak muda yang mau ambil bagian terhadap persoalan bangsa dengan langkah-langkah kecil di seluruh Indonesia. Untuk saat ini, jumlah kami sekitar 14.000 lebih. Tak hayal, kami sering menghadapi sedikit ocehan dari masyarakat yang belum tau persis tentang kami. Pasca debat Konvensi di Surabaya misalkan, saat saya duduk di luar arena debat ada seorang satpam yang bertanya "Apa ini tugas kuliah kalian"? Saya hanya menjawab dengan jujur bahwa kami benar-benar relawan tak berbayar. Dalam hati saya berkata: "Apa hubungan antara Universitas Paramadina dan Universitas Muhammadiyah Malang. Lagian ini adalah masa libur. Mana ada tugas kuliah dimasa libur". Masih banyak sebenarnya mis persepsi lainnya. Tapi, tak perlu saya ceritakan semua. Karena ocehan tersebut justru pembangkit semangat kami dalam menyebarkan energi positif untuk memperbaiki kondisi bangsa ini dan mengantarkan Anies Baswedan menjadi Presiden 2014.

Bergerak Tanpa Jedah

Selang setelah Pelatihan Relawan dari pusat di Kota Malang pada 8 februari 2014, besoknya (9/2) kami kembali ke CFD untuk trail event #Djadoelmpic. Jum'at malam (10/2) adalah pertemuan wajib bagi Turun Tangan Malang. Kami menghabiskan malam membahas Briefing Press Conference pada hari Sabtu (11/2) dan juga persiapan event #Djadoelimpic. Tak ada jedah aktivitas di pekan ini. Hingga pada Pertemuan Relawan Jatim di tanggal 12 dan Debat Konvensi pada tanggal 13.

Anggapan kami, pasca menghadiri Debat Capres Demokrat adalah waktu yang baik untuk sejenak kami istirahat. Namun, terngiang kabar Gunung Kelud meletus mengeluarkan erupsi abu vulkanik. Sesuai dengan misi Turun Tangan, kami tak bisa tinggal diam melihat bencana tersebut. Apalagi sangat banyak korban yang perlu membutuhkan uluran tangan. 14 Februari hingga tulisan ini dibuat (16/2) tenaga terporsir untuk membantu korban Kelud dengan mendirikan dapur umum dan menyerahkan bantuan lainnya.

Dalam tulisan ini saya akan fokus berkisah tentang pengalaman menghadiri langsung Debat Konvensi Capres Partai Demokrat di Surabaya.

Berangkat Secara Mandiri

Untuk menghadiri Press Conference & Launching website Relawan.AniesBaswedan.Com, Pertemuan Relawan Jatim dan Makan Malam bersama Anies Baswedan (12/2) serta Debat Konvensi Capres Partai Demokrat  (13/2) Turun Tangan Malang terbagi menjadi 3 bagian menuju Surabaya secara mandiri. Rombongan pertama pada pagi pukul 10.00 WIB, rombongan kedua 15.00 dan rombongan terakhir baru bisa berangkat esok hari pada pukul 06.30. Kami tak bisa berbarengan karena Turun Tangan Malang terbagi dari beberapa latar belakang. Ada Mahasiswa, anak SMA, orang kantoran yang sudah berkeluarga dan lainnya.

Saya bersama Mas Sandie (Koordinator Umum TT Malang) dan relawan lainnya berangkat dengan rombongan kedua, karena beliau masih harus menunggu anaknya yang masih SD dan ingin ikut ke Surabaya. Kami tiba di Surabaya sekitar jam 7 malam. Di venue, nampaknya acara makan malam bersama Anies Baswedan sudah selesai. Namun, inspirator kami masih berada di venue. Beliau sementara Livestreaming di Metro Tv. Akhirnya kami langsung saling menyapa dengan relawan lainnya. Pasca Live Streaming, ABW tak langsung meninggalkan lokasi. Beliau menyapa kami satu per satu yang ada ditempat. Bahkan beliau meladeni permintaan foto bareng relawan satu per satu.

Acara akhirnya selesai. Kami yang berencana menghadiri Debat besok akan menginap di Surabaya. Jarak yang terlalu jauh antara base camp Turun Tangan Surabaya dengan venue Debat Capres memutuskan kami untuk mencari penginapan masing-masing secara mandiri. Turun Tangan Malang berpencar. Ada yang menginap di tempat keluarganya dan lain-lain. Saya bersama yang lain menginap di salah satu base camp organisasi daerah di surabaya.

Tanpa Rupiah Semangat Terjaga



Pada pukul 06.00 kami bangun menyiapkan diri dan berkemas menuju lokasi. Kami tiba di lokasi pada pukul 09.00. Setiba disana, nampaknya belum ada pendukung Capres lain selain kami dari Relawan Turun Tangan. Acara memang baru terhelat pada pukul 15.00. Akhirnya, kami mencari sarapan di sekitar lokasi sembari menunggu relawan lainnya. Pada pukul 11.00 relawan Jawa Timur hampir lengkap. Dengan semangat yang terjaga kami memutuskan untuk mengelilingi Mall Grand City untuk mensosialisasikan Anies Baswedan dengan cara kreatif. Berbeda dengan pendukung lainnya yang hanya terdiam termangu menunggu debat berlangsung.


Tiba pada pukul 13.00 kabarnya Anies Baswedan akan tiba di lokasi. Bergegaslah kami menyambut beliau di depan dengan gelora penuh semangat dan tentunya melalui cara yang kreatif. Kami membuat lorong dan setiba Anies Baswedan sampai, kami meneriakkan semangat agar Inspirator kami terus semangat. Lagi-lagi beliau menyalami kami satu per satu, begitu akrab.



Saat debat terhelat, terlihat bahwa Relawan Turun Tangan sangat menonjol secara semangat dan kreatifitas dibanding pendukung Capres lainnya. Kami sangat menikmati berlangsungnya debat beserta iyel-iyel dan tepuk tangan. Di samping saya, bahkan ada relawan yang terus teriak: "Pak Anies semangat, HADAPI!". Ia begitu semangat. Itulah suara hati kejujuran dari relawan yang masih optimis bangsa ini bisa berubah dengan syarat menempatkan orang-orang baik seperti Anies Baswedan pada posisi tertinggi.



Hingga debat selesai. ABW tak juga langsung balik seperti Capres lain. Beliau menyempatkan diri menyapa lagi kami dan menitipkan beberapa pesan. Berikut videonya






Saya tak sanggup untuk mencerikan semua hal tentang pengalaman tersebut. Terlalu banyak kisah indah sekaligus rasa optimisme ketika melihat dan mendengarkan langsung gagasan dari Anies Baswedan. Begitu akrabnya beliau dengan kami. Di dekatnya, kami merasa hubungan kami bagaikan Ayah dan Anak. Relawan Turun Tangan Malang jauh hari sebelumnya merasa bahwa Anies Baswedan seperti Bapak kandung. Bapak yang begitu peduli pada persoalan bangsa ini. Makanya, dalam keseharian kami mengistilahkan beliau dengan sebutan 'Babe'.

Terilhami Roh Kota Pahlawan

Selama ini, saya hanya bisa menyaksikan Anies Baswedan dan pergerakan Relawan Turun Tangan di daerah lain melalui layar kaca, socmed, tulisan, dan chanel youtube. Ternyata duga sagka tersebut nyata. Turun Tangan adalah bentuk nyata dari orang-orang yang tergerak hatinya untuk sama-sama melunasi janji kemerdekaan.

Hingga tiba di Malang dan tulisan ini dibuat, saya masih belum mendapatkan jawaban dimana datangnya semangat dan stamina ini. Tapi, perjuangan ini belum ada apa-apanya dibanding dengan perjuangan pendahulu kita pada masa merebut kemerdekaan. Aura Kota Pahlawan Surabaya terasa. Ketika ada salah 1 relawan meneriakkan kata "PEJUANG BUKAN?" dengan lantang kami terus menggemakan kata "HADAPI!". Roh pejuang kemerdekaan bagaikan memasuki alam rohaniah kami.

Kalau pejuang pra kemerdekaan berjuang dengan memegang senjata untuk mengusir kolonial, maka pejuang hari ini adalah yang berani ambil bagian dalam setiap persoalan bangsa. Tak zaman lagi kita untuk jadi penonton atas setiap kejadian dan hanya mengirimkan doa pada tiap persoalan bangsa.

Mari Turun Tangan!

0 komentar: