Sabtu, 15 Februari 2014

#KACAMATARM: Kanda Endang yang Ku Kenal

Standard
Banyak kesan yang saya dapatkan dari sosok Kanda Endang. Walau perjumpaan intim dengannya hanya setengah hari lebih di Jawa Timur 2 tahun yang lalu. Namun, tak semua dapat kutuliskan. Untuk itulah catatan lepas ini kuberi judul; sekilas tentangnya. Serial "Kaca Mata #RM" dalam blog ini adalah serial tulisan tentang tokoh yang pernah kutemui dan hal-hal menarik--bagi saya--didunia organisasi maupun komunitas.

Perjumpaan
Bermula saat ramadhan 2011. Saat itu, saya menemani bapak saya dalam acara buka puasa bersama Partai Demokrat Sultra dengan anak-anak dari panti asuhan di Hotel Aden Kendari. Setiba disana, saya merasa tak ada hal istimewa selain melihat puluhan anak panti yang ikut berbuka puasa bersama politikus, pejabat publik, dan beberapa fungsionaris Partai Demokrat Sultra. Karena niat hanya menemani/mengantar bapak di acara tersebut, jadi saya memang tak berkehendak untuk masuk dalam aula acara. Karena juga diluar aula ada beberapa pengurus Partai Demokrat yang saya kenali sedari kecil, seperti Najib Husen dan lainnya. Saya mengenal beberapa pengurus Demokrat tersebut sedari SMP. Sewaktu kecil, bapak saya masih aktif sebagai sekertaris DPW Partai Demokrat Sulawesi Tenggara. Jadi, saya banyak menghabiskan masa kecil di sekertariat Partai Demokrat di Kemaraya dan juga beberapa pengurusnya sering main ke rumah saya.

Nyaman duduk di luar aula, semua hadirin di luar turut masuk. Karena ada kultum dan beberapa penyampaian dari Ketua Umum DPW Partai Demokrat Sultra. Saya tentunya tak ingin jadi patung penghias di luar hingga beduk buka puasa berdentum. Akhirnya saya ikut masuk kedalam dan duduk di pojokan. Sewaktu masuk, saya heran sekaligus merasa aneh. Mata saya tersorot pada sosok pemuda yang memegang mike dengan retorika yang tertata dan gagasan bermutu. Aneh bagi saya, karena Parpol sebesar Demokrat dipimpin oleh pemuda. Padahal di sekitaran sana banyak orang yang lebih tua secara umur. Bertanya saya dalam hati: 'Mengapa bukan orang yang lebih tua yang pimpin Partai ini?'. Belakangan saya tau, pemuda tersebut bernama Muhammad Endang SA (ESA).

Saat itu, saya sedang aktifnya berproses di PMII Cabang Malang. Tentunya, hal-hal penyampaian forum seperti pada acara tersebut merupakan hal menarik bagi saya untuk dicermati dan diserap. Saya masih ingat beliau mengatakan: "Struktur organisasi kita terlalu gemuk, gemuk itu terkadang sehat terkadang sakit. Jadi, kepengurusan ini harus gemuk namun juga sehat". Yah! kebanyakan organisasi--bukan hanya ParPol--untuk menampung dan menjaga psikologis seluruh anggota dengan terpaksa harus menampung banyak orang didalam satu kepengurusan. Saya pikir, analogi yang disampaikan oleh beliau masih sangat relevan sampai saat ini. Dan hanya orang yang syarat pengetahuan dan pengalamanlah yang mampu menyehatkan kegemukan struktur dengan suatu tata sistem.

Setelah acara, bersama bapak, kami langsung balik kerumah. Pikirku, itu adalah perjumpaan awal dan akhir bersama beliau. Karena tak ada lagi moment yang dapat menemukan. Namun pasca Ramadhan, Partai Demokrat Sultra mengadakan lagi silaturahmi di Hotel Imperial. Bapak saya mendapat undangan. Karena dirumah seluruh keluarga pada sibuk, akhirnya bapak meminta saya untuk menemaninya lagi di acara tersebut. Memang, selama smudik di Kendari hampir tiap acara saya selalu menemani bapak. Karena kondisi fisiknya yang kurang kuat lagi mengendarai kendaraan, utamanya saat sore menjelang malam.

Saya bertemu lagi dengan kanda Endang. Di dalam aula beliau menyampaikan beberapa kata sambutan pengantar dan ucapan Ramadhan. Menyimak beberapa poin ditambah beberapa poin dari perjumpaan awal, sepulang dari acara saya penasaran dengan jejak rekam, gagasan dan profil beliau. Beberapa hari kemudian, saya mencoba searching di google dan akhirnya saya membaca berita tentang beliau dan juga menemukan akun facebooknya. Saya kemudian meminta untuk berteman/add di akun fbnya. Selepas perjumpaan kedua saya kembali lagi ke perantauan Kota Malang.

Mengundangnya ke Malang
Saya melanjutkan aktivitas di perantauan: kuliah dan berorganisasi. Tahun 2012 adalah tahun dimana saya diberikan amanah sebagai Ketua Umum organisasi daerah IPPMAK Malang, setelah sebelumnya saya aktif di organisasi intra, orda maupun ekstra kampus. Dalam masa kepengurusan, saya bersama teman-teman banyak mengadakan kegiatan yang berorientasi pada penguatan mutu kelimuan dan karya. Saat itu, selain diskusi mingguan, kami juga membuat program untuk melahirkan buku Di awali dengan pembuatan website untuk mewadahi dan melatih ketangkasan menulis para anggota. Akhirnya, tim kecil pembuatan buku terbentuk dan berjalan. Ada suatu kesimpulan pada saya dan tim kecil, bahwa untuk memperkaya pengetahuan, kami sadar memerlukan referensi otentik langsung dari daerah. Kami hanya berangkat dari pengetahuan saat remaja dan melalui buku serta internet. Jarak memisahkan kita untuk mengetahui langsung perkembangan kondisi di Sultra. Akhirnya, kami memutuskan untuk mengadakan Diskusi Publik. Mendudukkan Budayawan, Ekonom, Politikus Lokal, dan Pengamat Sosial dari Kota Malang. Terbentuklah panitia dan teman-teman bergerak.


Sebagai penanggung jawab dan SC, saya diberi tanggung jawab untuk mencari siapa saja tokoh yang akan diundang mengisi diskusi publik tersebut. Bergegaslah saya mengudara di Internet mencari masukan dari warga maya Sultra. Saya mendapatkan beberapa nama dari grup facebook yang memiliki banyak member seperti Sultra Watch, Sultra Center, Sultra Smart dan lainnya.

Budayawan dan ekonom lokal sudah kami undang. Tersisa siapa politikus yang akan diundang. Saya akhirnya mengingat kembali perjalanan mudik ramadhan tahun lalu. Nama Kanda ESA mengelilingi pikiran saya. Akhirnya saya mencoba browsing internet untuk lebih meyakinkan apakah beliau layak di undang atau tidak. Saya menemukan blognya lengkap dengan profil dan gagasannya untuk kemajuan Sulawesi Tenggara. Saya akhirnya diyakinkan untuk mengundang beliau. Petimbangannya adalah umur beliau masih 36 tahun tetapi segudang karir organisasi telah ia geluti. Diantaranya adalah Wakil Ketua DPRD Sultra, Ketua Umum KPNI Sultra, Ketua Umum Partai Demokrat Sultra, serta pernah menjadi aktivis HMI Cab. Kendari sebagai sekertaris umum. Profil tersebut kurang apalagi?

Kanda ESA tak mengenal saya. Dengan bermodalkan pertemanan facebook, saya mencoba mengundang beliau melalui Inbox fb. Beberapa saat kemudian, inbox saya di balas dan di arahkan untuk mengirim Undangan dan Tour kegiatan via Fax.

Alhamdulillah, beliau menyanggupi undangan tersebut. Sebenarnya saya masih kurang yakin sampai saat ini. Ditengah kesibukan, ternyata ada politikus di daerah yang tidak gaptek dan mau tanpa protokol datang sendiri untuk menghadiri acara mahasiswa di pulau Jawa. Ini budaya baru yang patut untuk ditiru oleh politikus lainnya di daerah, menurut saya.

Ketenangan dan Tajam Ingatannya
Kami banyak menghabiskan waktu diperjalanan. Sedari awal, kami mengalami sedikit hambatan dari bandara juanda ke hotel tempat beliau menginap. Teman saya yang telah lama di Jawa dan menghabiskan masa SMA di Surabaya ceroboh dan salah jalan. Akhirnya waktu sedikit terbuang di Surabaya. Kurang paham apakah teman saya lupa jalan atau tersengat terik panasnya kota pahlawan hingga lalai. Menghitung waktu diperjalanan agar tepat pada acara, ada dua opsi yang kami pertimbangkan: apakah kanda Endang menginap di Surabaya atau di Malang. Besoknya beliau harus balik ke Kendari. Akhirnya menginap di Surabaya adalah opsi paling solutif dengan catatan hitungan waktu menuju Malang tepat. Berangkatlah kami ke Malang. Ternyata, perjalanan Surabaya menuju Malang sangat macet. hampir 5 jam kami habiskan. Padahal normal perjalanan Surabaya-Malang adalah 2 jam.

Saya terkesan panik. Puluhan sms masuk di hp saya menanyakan jam berapa acara dimulai. Belum lagi beberapa undangan Orda sudah ada yang balik dari acara. Beberapa jam berjalan, namun saya tak kunjung tenang. Untuk mengisi kehampaan perjalanan, saya mencoba menjelaskan maksud acara kepada beliau. Kanda Endang masih sibuk dengan hpnya. Namun saya tetap menjelaskan. Saya mengatakan bahwa kedepan, dari hasil diskusi ini akan kami jadikan referensi untuk penggarapan buku. Namun beliau masih sibuk dengan hpnya.

Perjalanan membuat saya keringatan. Saya menginformasikan agar di wakili saja memberi kata sambutan. 'Mulai saja acara, karena kami tiba sekitar satu setengah jam lagi.' Mendengar intruksi dan kegelisahan saya, dengan bijak kanda Endang mengatakan: "Sabar dinda, tuhan sudah mengatur jalannya". Mustinya, dalam kondisi tersebut sayalah yang harusnya menenangkan beliau. Ketakutan saya adalah dalam kondisi tersebut persepsi audiens akan menganggap 'Karet' waktu adalah kesalahan Kanda Endang. Mata mahasiswa pada anggota dewan masih sedikit negatif. Padahal ini murni kesalahan kami pihak pelaksana dan macet adalah sumber penghambatnya. Perkataan beliau memberi satu pelajaran: dalam kondisi apapun kita musti tenang menghadapi persoalan.

Kami berbincang saat memasuki Kota Malang. Beberapa menit lagi, kami tiba di acara. Masuklah kami. Didepan, bapak Rahmad Ketua Jurusan Ilmu Sosial Universitas Muhammadiyah Malang memaparkan penyampaiannya tentang konstruk sosial di Sultra yang coba ia bandingkan dengan Jawa. Tanpa istirahat, Kanda Endang pun langsung turut maju menyampaikan pandangannya soal kondisi Sulawesi Tenggara. Banyak pertanyaan yang diberikan. Namun dari semua jawabannya, saya terkesan saat beliau berkata: "Diskusi seperti ini musti terus di kembangkan. Apalagi saya dengar hasil diskusi ini akan dijadikan buku." Ternyata, di dalam mobil beliau tidak benar-benar sibuk dengan hpnya. Dalam keadaan diam beliau menyimak semua yang kami sampaikan.

Sewaktu makan malam sebelum menuju Surabaya, kami sempat diskusi kecil lagi dengan beliau. Kanda Endang menitip pesan: "Dinda jangan pernah meninggalkan buku. Baca buku, buku apa saja." Pesan itu mungkin sederhana, tapi itu sangat mengesankan. Tanpa buku manusia akan kerdil dalam pusaran alam pengetahuan.

***

Sebenarnya, sewaktu mudik ramadhan 2012 saya sempat berjumpa lagi bersamanya. Saat itu, beliau sedang menunggu kelahiran anaknya di Rumah Sakit Permata Bunda yang kebetulan bertetangga kamar dengan ipar saya yang juga akan melakukan persalinan. Sewaktu duduk di pojokan parkiran, saya sempat melihat beliau. Tapi karena sungkan dan melihatnya agak sibuk, saya jadi tak sempat menyapanya.

Orang-orang seperti Kanda Endang adalah sosok yang memberikan spirit kebaharuan dalam perpolitikan Sulawesi Tenggara, open minded. Saat ini, sangat banyak politikus daerah yang tidak memanfaatkan Socmed sebagai tempat menyerap aspirasi dan menyapa masyarakat. Seperti Bupati, Walikota hingga Gubernur Sulawesi Tenggara. Padahal, masyarakat tentunya tak bisa bertemu setiap hari pada pejabat publik. Kita ketahui bahwa sekelas Barack Obama, Anies Baswedan dan politikus Nasional lainnya hampir tak ada yang tidak memiliki akun Socmed.

Melalui Internet saya mendapat informasi bahwa beliau akan tampil kembali pada Pilcaleg 2014 di Dapil II (Kab. Bombana dan Kab. Konawe Selatan) Sulawesi Tenggara.  Selamat berjuang kanda. Semoga masyarakat tidak buta, mampu memahami niat tulus dan gagasan kanda untuk kemajuan Sulawesi Tenggara.

Akhir-akhir ini, beliau nampaknya sedang membaca banyak buku sastra. Status facebooknya selalu mengungkap hal-hal romantis dan humanis. Tulisan ini sekaligus sebagai ucapan terima kasih pada Kanda yang sudah mau datang dan memberi inspirasi, spirit pada kami di bumi rantau ini, yang secara hitung-hitungan bukanlah konstituen kanda dalam Pilcaleg 2014 dan sebelumnya.

Hingga saat ini, saya belum mengetahui darimana datangnya keberanian saya memanggil beliau dengan sebutan Kanda dikala banyak orang memanggilnya dengan sebutan Pak. Mungkin, kultur organisasi di pulau ini yang membentuk keberanian tersebut. Atau sosoknya yang sangat muda dan trendy yang menjadikan beliau terlalu ketuaan untuk di panggil Pak.



Malang, 15 Februari 2014 ditengah hujan Abu Gunung Kelud.

0 komentar: