Sebenarnya, aktivitas menulis catatan lepas dengan gaya berantakan dan sok lucu sudah lama saya tinggalkan. Sudah sekitar 2 tahun lamanya saya tidak menulis catatan ngelantur. Aktivitas itu saya hentikan setelah menyadari bahwa di lingkungan saya ternyata banyak yang lebih lucu. Baik dari segi model rahangnya maupun gaya 'memerintah' yang lucunya mengalahi Suharto. Untuk bersaing dengan mereka di butuhkan literasi yang cukup kuat. Literasi semacam Raditya Dika tak cukup bila mau menandingi kicauan dan kelucuan teman-teman saya di Al-Kautsar 58. Saya memang memiliki selera humor yang tinggi tapi saya memutuskan untuk menjadi penikmat kelucuan teman saja tinimbang menjadi objek untuk di tertawai.
Besok, tanggal 22 Januari 2014 salah satu senior (baca; teman) saya akan bersumpah di hadapan ALLAH S.W.T untuk bersungguh-sungguh mengganti status facebooknya dari lajang menjadi nikah atau mungkin rumit. Teman saya yang satu ini merupakan salah satu komplotan gokil di Al-kautsar 58. Saya sebenarnya begitu tidak enak hati karena tak dapat hadir di pernikahannya, karena kebetulan penjara Kampus Putih belum mencabut vonisnya. Saya masih harus menjalani hukuman kira-kira 7 tahun di dalam jeruji Kampus Putih. Sekiranya, tulisan ini mewakili kehadirat saya di Sinjai, semoga demikian. Kata banyak orang; gaya dan roh tulisan itu musti disesuaikan dengan karakter pembaca. Karena tulisan ini kemungkinan besar hanya di baca oleh Arip, maka memang gayanya musti ringan dan ngelantur saja.
***
Kalau boleh jujur, inilah saat-saat tersedih saya, tahun-tahun tersedih saya. Tak ada lagi wadah untuk menumpahkan cerita secara lepas, semakin berkurang orang-orang yang asik untuk di ajak bercengkrama di warung kopi dan beranda 58, ditambah pula harga lalapan yang terus saja semakin naik. Kakanda, teman sebaya menjadi manusia tak setia yang telah pulang dari negeri rantau tanpa membawa saya ikut serta. Namun inilah hidup, saya harus bertahan walau tanpa mereka yang selalu membuat saya tersenyum, selalu menghiasi ruang rantau dengan penuh kehangatan, diskusi berbobot, dan kisah indah cerdas lainnya. Kini suasana intelektual hanya saya dapatkan ketika memojok di dinding kost bersama buku dan beberapa sisa teman.
Perjuangan #1nya
Sebelum Arip wisuda, ada satu wacana berkembang: Ia akan menikah. Namun setelah wisuda dan ia kembali ke sulawesi selatan, nampaknya wacana tersebut sama halnya wacana Jokowi akan capres atau tidak. Tak ada kepastian. Yang pasti hanyalah status galau Arip yang selalu menghiasi dinding facebooknya. Yang pasti pula bahwa terjadi aksi diam-diam dan atraksi lambung kiri dari Rudi yang ternyata lebih dulu nikah tanpa di awali dengan sebuah wacana.
Bila melihat foto diatas, kita tentunya bisa menangkap mana ekspresi galau dan mana ekspresi ceria. Walau warna kulit membedakan kedua objek diatas.
Selepas menghadiri pernikahan Rudi, si Arip kembali ke Malang. Ia ingin mengambil ijazahnya dan mungkin melepas segala kegalauan yang membasahi selimut hatinya. Beberapa lama di Malang, saya sempat ngopi di dalam kamar bersamanya. Di tempat yang sempit itu ia mengklarifikasi (curhat) apa yang terjadi, mengapa wacana itu tak jua membumi. Saya hanya manut saja mendengarnya, karena sebenarnya saya masih membencinya yang terlalu cepat lulus dan meninggalkanku disini.
Beberapa saat di Malang, akhirnya kabar baik (yang bagi saya sedih) dari Sulawesi Selatan datang. Tuhan menghendaki Arip menjadi manusia sempurna di tanggal 22 Januari 2014. Mendapat kabar itu, wajah Arip yang sebelumnya kaku menjadi agak sedikit ceria. Saya paham masih ada yang membebani pikirannya. Saya paham ia adalah sosok pejuang. Ia tak akan menerima begitu saja sesuatu tanpa dibarengi dengan usaha.
Walau fisik tak mendukung, walau perut tak cukup balance dengan postur tubuhnya ia memutuskan mendaki gunung tertinggi di pula jawa, Semeru sebagai salah satu bentuk pembuktian kecil atas kesungguhannya untuk membangun sebuah rumah tangga.
Dengan penuh semangat, bersama adik-adik di IKAMI ia berangkat. Cuaca sebenarnya tidak mendukung. Hujan terus membasahi Jawa Timur. Artinya, untuk menaklukkan Mahameru dibutuhkan perjuangan yang begitu berat. Beban medan akan bertambah dari hari sebelumnya. Tapi ia tak gentar dengan cuaca, hujan tak menyurutkan semangatnya. Hingga beberapa waktu saya mendapat kabar bahwa Arip berhasil menaklukkan Semeru dan membuat moment romantis di atas puncak.
Walau ada kesalahan penulisan dalam kertas pembuktian diatas, tapi ia telah berhasil menginjak gunung tertinggi pula jawa dengan penuh perjuangan. Tidak banyak orang yang memiliki ide seromantis itu. Tak banyak orang yang rela melawan kemampuan fisik demi seorang wanita. Itulah Arip. Watak keras yang berperawakan tegas namun memiliki sisi romantis.
Perjuangan #2nya
Beberapa saat sekembalinya dari gunung Semeru, Arip nge-bbm saya hendak menemaninya membeli kostum pernikahan. Bergegaslah kami untuk membeli perlengkapan tersebut. Saya mewakafkan diri untuk menemaninya walau hati sedih dan masih jengkel kepadanya. Kami menuju ke alun-alun Kota Malang untuk terlebih dahulu menikmati secangkir kopi sebelum melakukan pencaharian kostum. Setelah puas menikmati kopi kami langsung bergegas ke dalam toko. Pelantang pelintung, coba kiri coba kanan akhirnya beberapa kostum didapat. Pencaharian di teruskan di tempat lain. Sekembali ke kost ternyata pencaharian dari sore hingga malam belum melengkapi kostum pernikahan. Jas silver dan sepatu belum di temukan. Di putuskan besok untuk melengkapinya.
Siang perjalanan dilanjutkan. Kami keliling mencari Sepatu dan Jas Silver yang cocok. Sudah tiga lokasi kami jajaki dihari kedua namun barang yang dicari belum juga ketemu. Saya mewakili Ivan Gunawan sebagai konsultan fashion. Walau sudah 2 tempat dilalui di tempat ketiga ini kami terus mencari jas silver dengan semangat. Kami bertanya di tempat tersebut: 'Apakah ada jas silver?' Jawabannya 'ada di pojok sana'. Setelah kesana, yang kami dapatkan adalah blazer alay yang penuh bulu-bulu ala korea dan blazer kuliah ala Marman (salah satu warga 58). Penjual tersebut begitu memaksa barangnya laku. Di lokasi yang sama, tidak hanya satu tempat kami dapat penjual yang memaksakan blazer menjadi jas formal. Di tempat kedua malah kami mendapati blazer ala Valentino Rossi yang memiliki pengaman di sisi sikut siku-siku lengan. Saya berkesimpulan saat itu bahwa 'Blazer adalah Jas Formal yang tidak niat'. Perjalanan di akhiri. Satu Kota Malang sudah kami jajahi namun tak ketemu barang tersebut. Sebenarnya, malam kedua sebelum Arip meninggalkan malang kami ke tempat dsainer yang mirip Ivan Gunawan. Bodynya seksi, perutnya agak kedepan serta lafaznya aduhai mengikuti ritme tubuhnya. Namun sayang untuk pembuatan jas dibutuhkan waktu 2 minggu hingga 1 bulan. Tak selamanya perjuangan menuai hasil. Intinya Arip telah berjuang. Ia memutuskan kembali ke Sulawesi Selatan dan disanalah ia melengkapi kekurangan kostum pernikahannya.
Sosoknya
Menikah ialah salah satu langkah dalam menyempurnakan hidup. Tak heran jika banyak orang rela mereguh kocek secara berlebihan untuk tampil beda dan mewah di pernikahan. Namun Arip tak melakukan hal tersebut, walau ia sebenarnya mampu membeli pakaian yang mewah. Ia memiliki banyak investasi modal dan usaha diluar sana kalau saja mau mendapatkan barang megah. Namun ia memilih kesederhanaan. Ia menganggap nikah itu hal penting, tapi yang terpenting adalah meluruskan niat dan memperbaiki iman agar kedepan dapat membangun keluarga yang berlandaskan iman dan sesuai dengan anjuran agama. kemarin di status fbnya ia mempertegas: 'Hari bahagia itu bukan saat resepsi, tapi hari bahagia itu dimana hari-hari pasca resepsi dapat kita lalui bersama dalam kondisi apapun hingga di akhirat kelak'.
Sewaktu saya menjadi kepala suku, dialah yang mengembalikan semangatku dalam membangkitkan nuansa kekeluargaan dalam rumah 58. Pernah suatu ketika, saya sedang duduk malas depan komputer. Ia datang selepas kuliah membuka folder foto kisah klasik 58. Akhirnya dia mengajak saya untuk menggelar acara tunu bale party yang sebelumnya jarang kami lakukan. Hingga akhirnya demi menghidupi Alkautsar 58 ia memutuskan pidah dari kontrakan belakang kampus ke kontrakan 58.
Di kesempatan yang lain, sewaktu saya menjadi ketua umum IPPMAK Malang ia juga pernah mengembalikan semangatku ketika menemaniku menjemput Wakil Anggota DPRD Sulawesi Tenggara di Surabaya. Sewaktu itu, saya sedang down karena mungkin capek dan mental yang belum matang. Ia hadir membuat saya kembali semangat. Memang berada di sampingnya, sebagai sahabat saya merasa tenang dalam menghadapi masalah. Itulah point penting selama bersahabat dengannya. Dan banyak hal lain lagi yang tak bisa saya cerita disini.
Sehari lagi ia akan melangsungkan pernikahan. Bila menyuplik kisah perjuangan Jaka Tarub yang rela berbohong dalam menyembunyikan kain bidadari yang bernama Nawang Wulan agar ia bisa menikahi bidadari tersebut, begitupula sosok Arip. Ia juga rela membohongi fisiknya dalam menaklukkan Semeru demi sebuah peyakinan kecil terhadap Rifa.
Sewaktu saya menjadi kepala suku, dialah yang mengembalikan semangatku dalam membangkitkan nuansa kekeluargaan dalam rumah 58. Pernah suatu ketika, saya sedang duduk malas depan komputer. Ia datang selepas kuliah membuka folder foto kisah klasik 58. Akhirnya dia mengajak saya untuk menggelar acara tunu bale party yang sebelumnya jarang kami lakukan. Hingga akhirnya demi menghidupi Alkautsar 58 ia memutuskan pidah dari kontrakan belakang kampus ke kontrakan 58.
Di kesempatan yang lain, sewaktu saya menjadi ketua umum IPPMAK Malang ia juga pernah mengembalikan semangatku ketika menemaniku menjemput Wakil Anggota DPRD Sulawesi Tenggara di Surabaya. Sewaktu itu, saya sedang down karena mungkin capek dan mental yang belum matang. Ia hadir membuat saya kembali semangat. Memang berada di sampingnya, sebagai sahabat saya merasa tenang dalam menghadapi masalah. Itulah point penting selama bersahabat dengannya. Dan banyak hal lain lagi yang tak bisa saya cerita disini.
Sehari lagi ia akan melangsungkan pernikahan. Bila menyuplik kisah perjuangan Jaka Tarub yang rela berbohong dalam menyembunyikan kain bidadari yang bernama Nawang Wulan agar ia bisa menikahi bidadari tersebut, begitupula sosok Arip. Ia juga rela membohongi fisiknya dalam menaklukkan Semeru demi sebuah peyakinan kecil terhadap Rifa.
***
Kepada adinda Rifa, adinda harus lebih bersabar dalam memahami tingkah pangeranmu; Arip. Yang perlu dinda Rifa ketahui, dibalik misteri ada ribuan makna yang harus ditafsirkan. Menafsir sesuatu secara tepat dibutuhkan sebuah usaha, seperti halnya usaha dinda Rifa dalam menghapal Al-Qur'an. Kalau Nabi Muhammad mendapat sebagian wahyu dari mimpi, mungkin dinda Rifa musti memperbanyak tidur apabila dalam perjalanan 1 tahun belum juga memahami karakter Arip. Saya sendiri tertipu sewaktu berteman dengan Arip dalam 1 hingga 2 tahun. Sepikir saya, sosok Arip itu adalah sosok yang kejam, sosok yang tidak bertanggung jawab, sosok yang emosi dalam menghadapi masalah. Namun semua itu terbantahkan ketika bersahabat lama dengannya. Dinda Rifa, selamat bersabar memahami Arip. Semoga segera mendapat wahyu dalam menafsir mulianya hati dan tingkah laku Pangeranmu; Arif. :)
SAMAWA untuk kalian berdua...
SAMAWA untuk kalian berdua...
0 komentar:
Posting Komentar