Sumringah mata saya langsung terbuka begitu saja, suhu malang yang sudah pudar kedinginannya membangunkanku. seolah hawa pagi yang aneh menggelitik tulang rusukku untuk segera bangun pagi, dalam setengah sadar langsung saja bola mataku mencari penunjuk waktu dihp yang semalam baru saja batreinya terbarukan (ganti batrei baru), ternyata waktu menunjukkan pukul 08.00 waktu malang.
Saatnya kuliah. Tapi sebelum kuputuskan untuk berangkat ke kampus handpone berbunyi menunjukkan nomor baru, nomor simpati kakak yang tidak perlu saya sebutkan nomornya.
Walaikum salam kanda, ada apa?
Kakak udah ada di bandara juanda, kamu dimana?
Saya masih dimalang kak.
Oh gitu.
Iya kak, nanti saja saya ke sby siang, kabar-kabari aja?
Iyah gampangmi, kabar-kabari aja ntar.
Siap..
Siap tanggap menjawab pernyataan itu, saya langsung ke kost berbersih badan kemudian sedikit membawa apa yang perlu dibawah. Toengg lupa jikalau duit saya kurang 5ribu untuk transportasi langsunglah tanpa proposal saya menyampiri si Arif teman yang kadang-kadang kurang ajar, saya berani bilang begini karena uangnya sudah dikasi pada waktu itu kalau saya mengatakan sebelum meminta uangnya pasti saya tidak diberinya.
Arjosari depan pom bensin. Mampirlah bus ekonomi didepanku. Dan yah nasib sial menimpaku. Ternyata penumpangnya poll dan saya harus berdiri sampai ada penumpang yang kemudian turun. Berlama-lama menunggu tibalah dipandaan baru mendapatkan tempat duduk. tetapi penjual tarahu tetap mendayu-dayu mengirama untuk menawarkan jualannya sembari memberi aroma spiritualnya. Hahahahahaha
Sidoardjo pasca melewati porong yang sudah bosan saya melihatnya dan mencium bau busuknya dan juga menindas masyarakat sidoardjo. bus akhirnya masuk di tol. Mencoba untuk tidur berniat untuk sedikit menjaga stamina tapi perasaan atau mungkin malaikat menyuruhku untuk tidak tidur, sesuatu terjadi, truck pengangkut pasir menyelinap kesana kemari dan akhirnya membentur bus ekonomi yang saya tumpangi. Bus keluar batas dan para penumpangnya kecuali saya yang mengamankan black mini berteriak astagfirullah atau masing-masing memanggil tuhanya. Hampir 45 derajat bus terlintang tapi dengan ucapan bismillah pak sopir ditambah skill yang dia punya bus kembali keposisi semula tetapi masih dalam posisi tidak dijalur aspal. Setelah menyelamatkan bus pak sopir tak mampu membendung truck pengangkut pasir yang mungkin mencoba bagaimana kalau dia berada disurga karena mungkin menurut dia bumi ini sudah tak kondusif lagi untuk ditempati hidup.
Terhamtamlah kanan belakang kaca bus yang memakan korban nenek-nenek yang terluka kepalanya oleh benturan itu. akhirnya bus berhenti dan penumpang termasuk saya panic dan pengen keluar dari dalam bus. Kecelakaan itu menggagalkan tujuan sopir truck yang pengen mencoba kehidupan di Negara neraka. Oh yes bibeh untungnya saya tidak terlecet apapun oleh tragedy yang tidak termuat oleh media di Indonesia. Kami para penumpang hampir semua memutuskan untuk turun dari bus da nada 1 pengamatan cerdas dari om-om yang sempat was-was dia mengatakan bahwa tragedy ini akan menyulitkan si sopir truck pasir dan juga bosnya karena menurutnya ketika berurusan dengan perusahaan bus antar kota akan sulit si truck manajemen itu akan menang dikarenakan para pengusaha dari bus yang kami tumpangi memiliki modal besar dan jejaring yang luas entah dari asuransi, kepolisian, dan premanisme. Dan beberapa kali tragedy memang perusaan bus antar kota selalu di untungkan dengan kecelakaan.
Pendapat ini mungkin benar karena saya sempat mendengarkan pendapat dosen hukum bisni bahwa kadang-kadang ketika perusahaan bus itu pengen mobil baru atau lagi deficit biasa melakukan arahan kepada pak sopir untuk sengaja mentabrakkan busnya agar mendapatkan subsidi dari asuransi maupun pemerintah.
Kalau kita melihat 2 pengamatan ini adalah dua pengamatan dari sumber akademis dan sumber masyarakat ekonomis walaupun status sosialnya berbeda tetapi kecermatannya sama, jadi hikmah dari tragedy ini adalah jangan sekali-sekali berfikir bahwa orang yang menumpangi kendaraan kelas ekonomi secara intelektualitas lebih dibawah dari orang yang menumpangi kendaraan VIP.
Pendapat ini mungkin benar karena saya sempat mendengarkan pendapat dosen hukum bisni bahwa kadang-kadang ketika perusahaan bus itu pengen mobil baru atau lagi deficit biasa melakukan arahan kepada pak sopir untuk sengaja mentabrakkan busnya agar mendapatkan subsidi dari asuransi maupun pemerintah.
Kalau kita melihat 2 pengamatan ini adalah dua pengamatan dari sumber akademis dan sumber masyarakat ekonomis walaupun status sosialnya berbeda tetapi kecermatannya sama, jadi hikmah dari tragedy ini adalah jangan sekali-sekali berfikir bahwa orang yang menumpangi kendaraan kelas ekonomi secara intelektualitas lebih dibawah dari orang yang menumpangi kendaraan VIP.
0 komentar:
Posting Komentar