Minggu, 09 Juni 2013

Turunnya Akreditasi Kendari Beach

Standard
Wisatawan-Wisatawati yang belum menginjakkan kaki di Kota Kendari akan merasa asing ketika mendengar kata KEBY. Tempat ini, selain mengalami degradasi secara estetika juga sangat jarang diberitakan di media nasional akan bagaimana seluk beluk salah satu ruang publik ini. Terakhir hanya Trans TV yang meliput tempat ini dengan program Si Bolang.

KEBY merupakan singkatan dari Kendari Beach, mengetahui kepanjangan dari KEBY di bayangan anda mungkin tersirat akan bayang-bayang Kuta Bali, Pantai Senggigi Lombok, Pantai Parai Tenggiri atau pantai indah lainnya di Indonesia timur. Hilangkan dulu halusinasi itu, karena pihak pemerintah dan swasta tidak tertarik dan serius mengolah ruang publik tersebut dan agar anda juga tidak mengalami kekecewaan setelah saya menceritakan bagaimana itu KEBY.

KEBY adalah salah satu kawasan wisata (ruang publik) di Kota Kendari. Letaknya di kelurahan tipulu, tempat ini di apit oleh teluk kendari, jalanan utama, bukit, vihara dan juga hotel kendari beach yang sekarang proses rehap tapi masih dalam bentukan bangunan yang pas untuk shooting film horor.
Panorama Keby
Sumber Foto : www.skyscrapercity.com
Kekumuhan Hotel Kendari Beach
Sumber Foto : www.skyscrapercity.com
Dahulu setelah Kota Lama ditinggalkan sebagai salah satu kawasan wisata, utamanya pada sore hari, KEBY menjadi tempat alternatif warga Kota Kendari dan juga wisatawan untuk menikmati keindahan sunsite-sunrise, bercengkrama dan juga mengisi waktu lowong setelah pengap dengan aktifitas belajar dan kerja. Masyarakat merasa tidak gaul dan belum merasa orang kendari ketika belum menginjak tempat ini. Aktivitas di KEBY sendiri dimulai dari pukul 05.00-23.00 bahkan mungkin lebih dari itu. Banyaknya masyarakat sekitar dan wisatawan ke tempat ini menjadikan masyarakat asli maupun perantau banyak yang menggantungkan diri dari tempat ini, karena secara ekonomis lokasi ini roda perekonomian yang sangat cepat berputar.

Biasanya petang pagi orang sudah mulai lari subuh, pemerintah juga ketika mengadakan event seperti jalan sehat biasa start maupun finish ditempat ini. Siang hari pelajar/mahasiswa maupun para pekerja sebelum beranjak istirahat singgah di KEBY dulu, sakadar mencicipi es teler, kelapa muda, sembari ditemani sepoi angin. Sore-Malam biasanya ada event musik, bazar dll. Tapi tak jarang juga sedari dulu hingga sekarang banyak yang menyalahgunakan tempat ini sebagai lahan permodusan untuk melakukan kemaksiat bersama pasangan, memcicipi minuman cap orang tua di taman, dan menjadikan lintasan tengah sebagai arena balapan liar.

Sekarang, persepsi masyarakat kota kendari bisa dikatakan sudah sudah berbalik. Ketika anda ke keby maka bersiaplah mendapat predikat orang kampung dan tidak gaul. Ini dipengaruhi oleh adanya terdegradasinya pola fikir masyarakat dalam melihat estetika dan peluang suatu kawasan, akibat dari kagetnya melihat warung kopi yang berdinding megah, gedung-gedung yang seolah seperti mall dan lain-lain. Sehingga tempat nongkrong yang berkursi bambu dan plastik di anggap kuno. Yah, tapi mungkin inilah dampak dari proses kemajuan pembangunan kota, disatu sisi terlihat maju, tapi dalam proses kemajuan itu tentunya ada fenomena sosial yang kadang keliru akibat dari proses (kekaget) kemajuan pembangunan tersebut.

Saya melihat, terakhir keby kembali ramai setelah kawan-kawan dari Kendari Kreatif memperingati hari AIDS dan melakukan penggalangan dana untuk event Kendari Kreatif Fest. Kawan-kawan membuat bazar di esteler lalu sedikit menampilkan komunitas-komunitas kreatif yang ada dikota kendari. Juga kawan-kawan Kendari kreatif tak malu untuk menampilkan dan menjual hasil karya lokal kreatifnya seperti; Komunitas: Street Suffle Dance, Parkour. T-shirt: distro : Anabule, Pokea, Bonti Tees. Kriya Pasir, Robot, Kuliner, dll. Tetapi setelah Kendari Kreatif mencoba mengembalikan roh dari KEBY Setelah itu yah... keby kembali mendapat predikat tempat orang kampung. *Kasihan melihatnya*
Di provinsi Sulawesi Tenggara sendiri banyak ruang publik yang secara estetika sangat potensial untuk dijadikan lahan pariwisata dan perekonomian. Keby salah satunya. Tapi disayangkan, baik pemerintah maupun swasta belum serius memoles ruang publik tersebut. Ketakutan saya adalah Kota Kendari sebagai Ibu Kota Provinsi akan tidak menarik lagi dimata wisatawan. Ketika tak ada ruang publik yang nyaman didalam kota, selain ke pantai, lantas warga Kota Kendari maupun pendatang mau kemana?
Kemolekan Pantai Kamali
Sumber Foto : Google
Ketika saya berkunjung di Kota Bau-Bau salah satu Kota kabupaten Provinsi Sulawesi Tenggara, disana saya melihat banyak ruang publik eksotis yang menjadi salah satu tujuan utama wisatawan seperti pantai Kamali dan lain-lain. Indah mempesona tempat itu. Bahkan ketika berkunjung ke tempat tersebut saya seketika ada perasaan ikhlas jikalau Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara di pindahkan saja di Kota Bau-Bau. Kasihan melihat ibukota provinsi yang memiliki ruang publik potensial tapi tak diolah dengan baik. Andaikan Haluoleo tidak ada akan jadi apa Kota Kendari?

0 komentar: