Jumat, 25 Januari 2013

Buruh Dalam Kerja Politik

Standard
Selepas Konser Mega Bintang Kasidah 'Garpu Band' dari jam 06.00-13.00 di asrama Hasanuddin Makassar Malang, para porsenil menikmati dodol jogja dan kripik singkong bayaran atas konser tersebut. Setelah itu sebagian dari porsenil ada yang memilih untuk turun kejalan menggalang dana banjir Makassar dan adapula yang memilih untuk tidur -Saya memilih untuk tidur karena saya salah 1 porsenil yang belum tidur karena bertahan dari awal konser maupun memikirkan masa depan band-

Siang-Sore-Isya kubunuh di dalam ruang berkotak dan nikmat kasur Asrama Hasanuddin Malang. Kebisingan terderai ditelingaku.................

         Syam'un : Qar, Qar kau mau ikut anak-anak? Itu ada tawaran input data KTP ke XL. Garapan untuk syarat pada salah satu Calon independent Walikota Malang. Lumayan bayarannya bisa mengisi perut selama seminggu. Kan kudengar kau butuh uang dan lagi tak beruang.
         Saya : hmmmm...... stttttttttt (mengabai)
         Syam'un : Qar kau mau ikut gak? itu anak-anak sudah mau berangkat.
         Saya : Eh, iyah dimana? kapan? jam berapa?
         Syam'un : -Sensor-
 Syam'un : Dam bangun, itu ada tawaran kerja input data. Mau ikut gak?
 Adam : Iyah, tapi saya ganti baju dulu. Mau balik ke kost dulu.
         Adam : Qar, ayo kita balik ke kost dulu untu ganti baju.
         Saya : Iyah, ayokk.

Setiba di tempat masing-masing saya memutuskan untuk tidak mandi, karena saya tidak punya duit lagi untuk membeli sabun, sampo dan peralatan mandi lainnya. saya hanya meminjam odol taslim dan menggosok gigi serta mengajak Taslim untuk ikut dalam pekerjaan tersebut. Bergegasalah kami bertiga ke asrama untuk bergabung dalam tim 8.

Sampainya di Asrama kami menikmati dinginnya malang dengan gepulan asap rokok sebelum berangkat ke meja ketik. Pasukan sudah siap, tim 8 akhirnya berangkat ke salah satu warnet yang telah di booking untuk kerja kami. selang beberapa jam akhirnya pekerjaan dimulai.

Nasi Padang membuka perjumpaan kami pada salah satu makelar kerja, ditambah dengan TEBS, dan beberapa bungkus rokok. kami pun mulai melirik data KTP sembari jari berjalan mengikuti teks yang ada. Sang tim sukses datang untuk mengecek kerjaan kami. setelah mengumbar senyum dan mengucap 'makasih yah' dia lalu pergi entah kemana dan semoga dia baik-baik saja.

5 lembar saya habiskan dan data berikutnya sedang dalam perjalanan. saya memutuskan ngeblog saja sembari menunggu. ditengah pekerjaan, mulai datang keunikan dari nama KTP seseorang yang kami pindahkan ke XL, tempat tanggal lahir maupun umur. teman disebelah ngyeletup 'wah orang ini lahir pada tahun 1929 makan apa orang ini? apa resep kehidupannya? haha'. dia langsung menghentikan pengetikan untuk mengupdate status di twitter atas keanehan tersebut.

Sahabat, tidak ketawakah kau ketika mendengar nama RUPIAH, SUGENG, MIYANTO, BAPOK S., YATEMI, SAPARTINAH. dan ternyata yang berkelahiran 1929 itu tidak cukup sebagai top populer dalam penggubrakan warnet ini. dari meja seblahnya lagi teman saya mendapatkan manusia yang insya allah masih hidup berkelahiran pada 1928. hahaha Adapula saya mendapatkan No. KTP/NIK-Tempat Tgl. Lahit/umur-Alamatnya lengkap tetapi namanya kosong.Simpan dimana nama dia hahahahahaha belum lagi ada tanda tangan seseorang yang berkelahiran 1947 ia sangat kreatif, dia menggunakan teknik alami dalam tanda tangan yaitu dengan cara memenuhi coretan tinta di jempolnya lalu menstap di kolum tanda tangan dan itulah tanda tangan dia. haha

Hahaha, maafkan saya yang tidak bisa memberitahu semua kegaduhan di warnet tempat kerja ini .

Dibalik semua keanehan nama dan tahun kelahiran, inilah salah satu berkah dari PILKADA untuk mahasiswa yang di embargo perekonomiannya oleh orang tua. Tapi dibalik kesyukuran tersebut juga saya lalu berfikir untuk anti pada sistem PILKADA hari ini. satu, bayangkan saja orang kalau mau mencalon Indipendet harus mengumpulkan (merampok) KTP yang kita sendiri tidak mengetahui apakah mendapat izin dari pemilik atau dari mana data tersebut didapatkan. kedua, begitu mahalnya harga PILKADA, pekerjaan sampah dalam politik pun musti merenggut beberapa juta rupiah untuk gaji pengumpul KTP, Makelar Data, Maupun pekerja ketik yang malang nasibnya. Apalagi menyoal jual beli partai, dana publikasi dan sebagainya.

Saya cukupkan sampai disni dulu yah sahabat. nanti saya akan paparkan lengkap dengan foto-fotonya. Saya musti melanjutkan perkerjaan ini dulu.
#HidupBuruhKetik #HidupTim8

0 komentar: