Oleh : Moh. Riqar Yanto Manaba
Bersyukurlah bangsa Indonesia memiliki sistem
politik demokratis sebagaimana di atur dalam pasal 18 ayat (4) UUD 1945. Dimana
dalam memilih pemimpinnya, masyarakat Indonesia tidak lagi menggantungkan diri
pada wakil rakyat (DPR) di singgasana, tetapi segala pilihan ada di tangannya
sendiri.
5 tahun kemarin kita ramai menyaksikan
meriahnya ‘party’ demokrasi PILKADA walikota dan wakil walikota di kota yang
katanya bertakwa ‘Kota Kendari’, dimana para calon/parpol berbondong promosi
diri, mengeluarkan platform, visi misi, dan janji politik. Rakyat Kendari pun
di mabukkan oleh baliho di sekelilignya. Hari ini lagi-lagi kita telah masuk
pada pintu gerbang ‘party’ demokrasi tersebut yang akan dilaksanankan tepat
pada tanggal 7 bulan 7 2012.
Mencoba merefleksikan perjalanan 5 tahun
kemarin, tentunya sangat banyak harapan dan mimpi yang di iginkan oleh seluruh
lapisan masyarakat kendari, mulai dari perbaikan di bidang ekonomi, pembangunan
infrastruktur kota, perbaikan pelayan publik, pariwisata, budaya, kelautan,
pertanian dll, tetapi apakah hari ini harapan dan mimpi itu sudah dapat
terjawab? Tentunya akan banyak perdebatan dan tolak ukur yang dipakai untuk
menjawab itu semua.
Sebagai pemuda kendari yang berdomisili di luar
kota kendari, saya (mahasiswa rantau) menilai bahwa pada sektor
eksternal, kota kendari belum mengindonesia. Karena berdasarkan pengalaman
empirik diperantauan, ketika saya bersosialisasi menyebutkan asal saya dari
kota kendari, maka yang ada dalam bayangan kerabat adalah Kendari itu letaknya
di Sumatra, Makassar, Menado dan lain-lain. Perlu kiranya kota kendari memiliki
suatu senjata komersil untuk mempromosikan mahkota bumi anoa ini kepada
khalayak nusantara, entah dari sektor budaya ataukah di sektor pariwisatanya.
Karena potensi kota ini sangat besar untuk di eksplor lebih jauh.
Kemana seharusnya pemuda/pemilih pemula kendari
pada ajang instrument
demokrasi bulan Juli?
Pemuda merupakan elemen mendasar dari beberapa
golongan pemilih yang ada. Menurut UUD 1945 Pemilih
pemula adalah pemilih yang baru pertama kali akan melakukan penggunaan hak
pilihnya. Pemilih pemula terdiri dari masyarakat yang telah memenuhi syarat untuk
memilih. Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki untuk menjadikan seseorang
dapat memilih adalah:
1. Umur sudah 17
tahun. Dalam konteks pemilih pemula di
Kota Kendari artinya kategori pemilih pemula adalah masyarakat yang telah
berumur 17 tahun - 21 tahun, karena kalau menghitung mundur di 5 tahun kemarin,
remaja yang hari ini berumur 21 tahun belum bisa menggunakan hak pilihnya pada
‘party’ demokrasi 5 tahun kemarin.
2. Sudah / pernah
kawin.
3. Purnawirawan /
Sudah tidak lagi menjadi anggota TNI / Kepolisian.
Melihat dari kategori yang termasuk dalam
pemilih pemula, tentunya kita akan sepakat bahwa secara jumlah, golongan ini
tentunya tidak sedikit. para golongan yang termasuk dalam pemilih pemula sangat
potensial di mata para calon/parpol. Tak hayal jikalau dalam eksploiatasi
politiknya para calon/parpol melakukan stratergy khusus untuk menarik
simpatisan dari pemilih pemula, mulai dari mendatangkan artis ibukota dalam
prosesi kampanye sampai kepada melakukan event-event yang di kemas sacara
trendy dan modern tanpa menghilangkan esensi muatan kampanye.
Menurut pengamatan dan pengalaman saya, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pemilih pemula dalam menentukan pilihannya
pada ajang pilkada :
Pertama, Kebanyakan dari pemilih pemula sangat di pengaruhi oleh pilihan orang
tuanya. Apalagi ketika orang tuanya telah masuk dalam parpol atau tim sukses
dari calon tertentu, maka hampir bisa di pastikan atas nama pengabdian si
pemilih pemula akan manut mengikuti pilihan orang tuanya.
Kedua, karena keterbatasan pengetahuan dan pemahaman akan figure. Tidak sedikit dari pemilih pemula menentukan pilihannya karena ikut-ikutan. Semisal karena terbuai oleh iklan figure serta ketika di lingkungannya mayoritas memilih figure tertentu, maka dia pun akan mengikut kaum mayoriti tersebut.
Ketiga, Uang. Untuk memenuhi kebutuhan sesaat terkadang tanpa memikirkan masa depan kotanya pemuda akan mudah terbuai oleh alat tukar jangka pendek tersebut.
Keempat, Pendidikan, kemampuan menganalisa dan penilaian objektiv. Pemula tak akan bisa dipengaruhi oleh apapun ketika pada wilayah analitiknya telah memiliki banyak kesamaan dari konsep pembangunan yang ditawarkan oleh calon/parpol tertentu.
Kelima, Performance/aura dari calon. Keterbuaian akan simbolik kesejahtraan dan kecakapan calon tidak luput pula akan mudah mempengaruhi kaum muda.
Kedua, karena keterbatasan pengetahuan dan pemahaman akan figure. Tidak sedikit dari pemilih pemula menentukan pilihannya karena ikut-ikutan. Semisal karena terbuai oleh iklan figure serta ketika di lingkungannya mayoritas memilih figure tertentu, maka dia pun akan mengikut kaum mayoriti tersebut.
Ketiga, Uang. Untuk memenuhi kebutuhan sesaat terkadang tanpa memikirkan masa depan kotanya pemuda akan mudah terbuai oleh alat tukar jangka pendek tersebut.
Keempat, Pendidikan, kemampuan menganalisa dan penilaian objektiv. Pemula tak akan bisa dipengaruhi oleh apapun ketika pada wilayah analitiknya telah memiliki banyak kesamaan dari konsep pembangunan yang ditawarkan oleh calon/parpol tertentu.
Kelima, Performance/aura dari calon. Keterbuaian akan simbolik kesejahtraan dan kecakapan calon tidak luput pula akan mudah mempengaruhi kaum muda.
Dari beberapa faktor diatas, semoga mayoritas
pemilih pemula kota kendari masuk pada point keempat, agar keberlangsungan
PILKADA berjalan secara khidmat dan fair. Karena momentum inilah yang akan
menjadi modal awal pemilih pemula dalam proses pendewasaan politik, untuk
memerdekakan diri dalam memilih siapa pimpinan daerahnya, mengingat pada bulan
November dan tahun 2014 kita akan dihadapkan lagi oleh prosesi pemilihan umum
di tingkatan provinsi maupun nasional.
William Lidle pernah berkata bahwa Indonesia memerlukan pemimpin yang mempunyai modal politik, sekiranya pemilih pemula kota kendari juga harus memiliki modal pengetahun politik agar segala pilihannya adalah orisinalitas dari hasil pengetahuan dan pembacaan konsepsi yang ada dari para calon.
William Lidle pernah berkata bahwa Indonesia memerlukan pemimpin yang mempunyai modal politik, sekiranya pemilih pemula kota kendari juga harus memiliki modal pengetahun politik agar segala pilihannya adalah orisinalitas dari hasil pengetahuan dan pembacaan konsepsi yang ada dari para calon.
Apapun brandnya, entah Melanjutkan,
Dilanjutkan, maupun Selanjutnya semoga pemilih pemula tidak bisu politik,
karena sebagai generasi penerus bangsa kaum pemudalah yang kedepan akan
membentuk budaya berpolitik dimasa mendatang.
Semoga, instrumen demokrasi pada tanggal 7 bulan
7 2012, menjadi momentum pendewasaan diri juga bagi kaum orang tua dalam
mengikhlaskan anaknya untuk memerdekaan diri dalam memilih. Serta Kota Kendari
pada sektor budaya dan pariwisata bisa di kenal pada pergaulannya di Indonesia.
____________________________________________________________________
Penulis merupakan mahasiswa asal kendari yang sedang melanjutkan studinya di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan
Ketua Umum Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Kendari (IPPMAK) – Malang 2012-2013.
Penulis merupakan mahasiswa asal kendari yang sedang melanjutkan studinya di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan
Ketua Umum Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Kendari (IPPMAK) – Malang 2012-2013.
0 komentar:
Posting Komentar