Minggu, 15 April 2012

AROMA KEKELUARGAAN DI TANAH RANTAU

Standard
Oleh : Moh. Riqar Yanto Manaba 




Demam organisasi mahasiswa berbasis kedaerahan bisa dikatakan telah mewabah di bumi arema (malang). Hal ini terlihat dari dalam kurung waktu 5 tahun terakhir banyak organisasi-organisasi daerah di kota malang yang bermunculan, diantaranya seperti : Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Kendari (IPPMAK), Keluarga Mahasiswa Pasundan (KAMAPA), Himpunan Pelajar Mahasiswa Massenrempulu (HPMM), Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa/Pelajar Indonesia (IKAMI) Sulawesi Selatan Cabang  Malang , Asosiasi Krama Bali (AKRAB)  dan lain-lain.

Kota Malang sedang ancang-ancang menjadi kota pendidikan di indonesia, jumlah universitas dimalang tercatat di DIKTI tahun 2009 berjumlah 18 Perguruan tinggi. Hari ini setelah Daerah Istimewa Jogjakarta, Malang kemudian telah menjadi salah satu kiblat pendidikan di Indonesia. Terlihat dari banyaknya pelatihan-pelatihan institusi pemerintah yang dilaksanankan di Malang dan banyak study tour universitas-universitas berdatangan ke Malang. Maka tak heran kemudian banyak mahasiswa rantau yang berdatangan di Malang dan kemudian membentuk organisasi se-daerah-an sebagai wujud persatuan di negeri rantauannya.

Orda, Omek, Intra : Haruskah saling memvonis ?

Kita banyak mengenal jenis-jenis organisasi mahasiswa, yang popular dengan istilah: Organisasi Intra Kampus : (HMJ, BEM-U, BEMFAK, SEFA, SEMU, UKM, dan lain-lain), Organisasi Ekstra Kampus (OMEK) : (PMII, HMI, IMM, GMNI, HTI, KAMMI,  FORBAS, dan lain-lain) Organisasi Daerah : (Contoh diatas).
Dikalangan aktivis organisasi mahasiswa diatas ada sedikit realitas gesekan argumentative yang terjadi. Semisal Aktivis zaman Orde Lama (ORLA 60-an) pernah saling vonis argumentative antara salah satu organisasi intra kampus ke Orda dan Omek yang menyatakan bahwa : kehadiran Organisasi Daerah banyak mengandung kadar kedaerahannya saja, kaum Orda tak mau lebih menunjukkan rasa patriotismnya dengan wujud bergabung dan mengindonesia melalui organisasi intra untuk mempressure kebijakan pemerintah dan membela kepentingan khalayak. Kaum aktivis Orda menganggap bahwa Indonesia itu tidak melakukan pemerataan terhadap daerah-daerah di seluruh pelosok Indonesia maka dari itulah katanya mereka ada.Di sisi lain kaum-kaum primordialism tersebut sangat anti jawa dengan landasan segala symbol NKRI hampir seragam memakai semboyan kejawaan. Hadirnya Omek. Omek tidak lain adalah wujud Partai yang memakai Almamater Mahasiswa serta mengatas namakan agama untuk menarik simpati dari sesama mahasiswa untuk kepentingan perebutan takhta di tingkatan kampus dan sebagai alat mahasiswa untuk beromantisme dengan aparature negara. Saling vonis argument tersebut masih sedikit terpercikkan hingga saat ini. Saya menganggap gesekan tersebut tak perlu ada, karena menurut pemikiran saya (hampir sama dengan alasan diatas) Indonesia tidak bisa dikatakan apabila belum adanya pemerataan pra sarana pendidikan, pembangunan, dan perekonomian di segala penjuru Indonesia. Dan orda sebenarnya memang lahir karena hal tersebut untuk membantu menyejahtrakan pemerataan daerah melalui pemikiran dan tindakan serta menjaga dan mengkampanyekan pelestarian budaya lokal di perantauan. Kalau dikatakan organisasi daerah tak memikirkan keutuhan NKRI pertanyaannya adalah :

Apakah orda dalam melakukan kegiatan formal  tidak menyanyikan Indonesia raya?
Apakah kegiatan orda bertentangan dengan norma-norma pancasila?
Apakah pernah ada orda yang memplopori pemekaran daerahnya untuk berselingkuh dari kesatuan republik ini?
            
            Atas nama proses berfikir, gesekan tersebut mungkin bisa kita tolerir. Karena sebelum menjudge salah satu organisasi dan apapun itu, selayaknya pahami dulu misalnya di tataran konsep apakah produk hukum dari organisasi tersebut apakah betul ada yang keluar dari koridor keindonesiaan, dan kaji pula bagaimana kegiatan yang dilakukan, jikalau itu semua bertentangan bagi keutuhan NKRI maka vonis tersebut halal-halal saja terjadi dan suatu keharusan bahwa Orda harus di bekukan.


Saya melihat berdirinya organisasi-organisasi kedaerahan ini disebabkan dari :
1.       mahasiswa-mahasiswi perantau yang menuntun ilmu diperantauan memiliki rasa rindu akan kampung halamannya. Jadi, orda dijadikan miniature mudik untuk melampiaskan hasrat rindu akan dialektika daerah dan nuansa kampung halaman di negeri rantau.
2.      Organisasi daerah dijadikan ajang kekeluargaan sesama mahasiswa daerah sekedar mengejar eksistensi dikalangan teman sedaerahan, meluangkan waktu selepas kuliah dll.
3.      Orda dijadikan ajang miniature sumbangsih pemikiran dan tindakan untuk sedikit pengkampanyekan daerahnya di tanah rantau.
4.      Orda di jadikan sebagai wadah untuk proses pembelajaran.

IPPMAK : Kampung di Bumi Arema

Alhamdulillah, setelah hampir 4 tahun saya mencari, demam positif diatas ternyata telah menyengati pula pada mahasiswa-mahasiswi Kota Kendari. Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Kendari - Malang (yang sebelumnya vakum) itulah wadahnya, yang sebentar lagi akan turut eksis kembali melalui MUBES dalam menghiasi panggung Orda di kota Malang.

Menurut cerita dari salah satu pelaku sejarah (senior saya pada saat shering di camp), sebenarnya organisasi ini sebelumnya pada tahun 2000-an bahkan mungkin sebelumnya telah lama ada. Ini terlihat dari banyaknya event besar yang telah di adakan oleh IPPMAK dan bukti sejarah yang paling dekat kita bisa lihat pada tahun 2009, IPPMAK-Malang pernah mengadakan event futsal semalang raya di lapangan futsal Tidar (bukti id card yang masih tersimpan di almarinya dilihatkan pada saya). Hanya saja kemungkinan ada kecelakaan sejarah yang menyebabkan organisasi ini sempat vakum dan bersyukurlah ada semangat baru dari kalangan penerus (2006-2011) sebagai pelo[or untuk mengeksiskan kembali organisasi ini.

Saya sempat bertanya pada diri. -Mencoba membandingkan dengan Orda lain- saya melihat pola pendoktrinan Orda untuk membangkitkan gairah berorganisasi para anggota/kadernya selalu membawa falsafah nilai leluhurnya sebagai media penyemangat. Nah ini juga yang terbelenggu di fikiran saya. Sebelum IPPMAK kembali ke panggung Orda Malang :

  1. Apakah IPPMAK telah memiliki alat bahasa leluhur untuk membangkitkan semangat anggotanya?
  2. Apa sekiranya yang bisa mempondasikan para anggota untuk berloyal pada IPPMAK?
            Kalau dikatakan atas nama kekeluargaan semua khalayak IPPMAK pun saya fikir memahami akan hal itu tetapi sudahkah IPPMAK menemukan nilai leluhur falsafah perantau yang tepat untuk menjadi Slogan atau nilai-nilai Ber-IPPMAK?.

Di luar dari pada itu berdiri kembalinya organisasi ini merupakan ikhtiar dari anak kendari bahwa atas nama kekeluargaan anak kendari memang membutuhkan wadah sebagai miniature mudiknya di perantauan (Malang). Dan saya sadari bahwa IPPMAK masih bayi dan harapan-harapan IPPMAK menjadi organ modern ada ketika palu sidang MUBES telah terketuk tanda MUBES IPPMAK berlangsung. Karena tanpa ketukan palu pembukaan MUBES maka IPPMAK itu tak akan ada secara yuridis.
Satu kata satu perbuatan, semoga IPPMAK dibumikan di kota malang agar tak ada lagi mahasiswa rantau kendari yang kebingungan mencari keluarga di perantauannya.

-------------------------------
Artikel ini di tulis pada saat 1 minggu menjelang MUBES IPPMAK MALANG

0 komentar: