Slogan yang terus didengungkan Najib Husen pada konstituen |
Sewaktu kecil, saya sangat akrab dengan beliau. Hingga saat ini hubungan kami sudah seperti saudara kandung. Yang menyebabkan hubungan tersebut terjalin adalah karena sosoknya yang sangat mudah akrab, juga karena saat main dirumah ia adalah teman diskusi yang akrab dengan bapak saya yang juga disenangi keluarga karena sosoknya yang jujur. Namun, dalam hal ini bukan karena ikatan emosional yang membuat saya ingin menulis tentangnya maupun mendukung beliau dalam Pilcaleg ini. Tetapi karena konsistensinya berjalan dijalan kebenaran dan benar-benar ia pegang teguh hingga saat ini.
Ada Apa dengan Angka 7 ?
Saya masih ingat kiprah awal Najib Husen dipentas politik Kota Kendari. Saat pertama tampil di tahun 2004, beliau berada dinomor urut 2 dapil Kendari - Kendari Barat. Namun, maraknya politik transaksional menjadikan beliau tak terpilih saat itu. Di 2009 beliau tampil lagi di Dapil Kadia-Wua Wua, 300 lebih suara yang didapatkan belum cukup untuk mengantarnya duduk di DPRD. 2 kekalahan ini terjadi bisa saja karena persoalan nasib ataukah persoalan mayoritas pemilih masih memilih uang sebagai syarat utama dalam memilih.
Ketika melihat perjalanan, pengalaman dan sumbangsih Najib Husen kepada partainya. Dalam konteks ini, secara senioritas, militansi, dan loyalitas mustinya di pemilihan kali ini beliau layak mendapatkan nomor urut teratas. Karena bagaimanapun beliau adalah salah satu kader awal Partai Demokrat di Sulawesi Tenggara. Ia bukan kader kutu loncar maupun kader baru. Namun, Demokrat memiliki mekanisme dan pertimbangan internal tersendiri. Saat ini beliau tampil dengan nomor urut 7 di Dapil Kadia dan Wua-Wua disaat Partai Demokrat mendapat nomor urut 7 dan kursi selalu identik dengan angka 7.
Najib Husen Bersih ?
Untuk membuktikan bahwa Najib Husen benar-benar bersih atau tidak, saya memiliki gambaran kisah yang saya saksikan dalam 10 tahun perjalanannya. Pertama adalah beliau bisa saja mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk memenangkan dirinya di tahun 2009 dengan berkaca pada kekalahan 2004, lalu melakukan serangan fajar dimenit-menit akhir. Namun, di 2009 beliau tak memilih menggunakan politik transaksional dalam proses menuju DPRD Kota Kendari. Kedua, bila ditambah dari 2004 hingga 2014, 10 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk mengumpulkan uang yang banyak. Lagi-lagi Najib Husen seakan tak pernah belajar atas kekalahan. Ia lebih memilih memperbaiki niat dan misi untuk kembali tampil ketimbang mempersiapkan uang sebanyak-banyaknya. Ketiga, melihat cara kampanyenya saat ini, Najib Husen lebih memanfaatkan sosial media, membuat atribut secara kreatif, dan blusukan kerumah-rumah warga untuk memaparkan gagasan yang ia bawa. Tak ada uang yang dipersiapkan untuk serangan fajar maupun menghambur baliho dijalanan. Pun balihonya ada, jumlahnya hanya kecil dan kebanyakan adalah bilboard yang dipinjamkan oleh sahabatnya maupun nebeng/dibantu calon lain.
Atribut kampanye Ala Najib Husen yang sebagian besar dibuat secara kreatif dan mandiri. |
Pemilih Cerdas vs Pemilih Karena Rupiah
Disaat yang lain mengumbar janji dan uang, beliau memilih menegakkan badan dan berjalan dengan apa yang diyakininya benar. Tak pernah terpikir olehnya untuk melakukan politik transaksional. Namun, apakah orang-orang seperti Najib Husen mendapatkan tempat dihati dan kewarasan berpikir konstituen? Mari kita tunggu hasilnya siapa yang akan menang. Apakah pemilih cerdas yang menolak untuk dirupiahkan ataukah pemilih tradisional yang mengTUHANkan uang.
Yang jelas, terkalahkan oleh akomodasi rupiah yang besar-besaran lebih mulia daripada menang dengan cara yang kotor.
***
Ini hanya penggalan cerita yang bisa saya bagikan. Mungkin bagi anda yang membacanya dan ingin membuktikan bahwa Najib Husen tak seperti yang saya kisahkan, silahkan menghubungi nomor hpnya 081245608367 dan bertemu langsung, FB: Najib Sosoito Twitter: @NajibHusen. Bilamana ada tak kesesuaian dari cerita ini dan anda mendapatkan bukti Najib Husen melakukan politik transaksional mohon beritau saya dan kita kawal dan sebarkan pada khayalak untuk tidak memilihnya. 9 April 2014 besok adalah waktu yang menentukan bagaimana kebijakan publik diarahkan. Apakah mengarah ke pengusaha liar dan menindas rakyat atau mengarah ke kesejahtraan rakyat. Mari bantu orang-orang baik.
0 komentar:
Posting Komentar