Minggu, 25 September 2016

Sajak-Sajak Saat Bersama Mamah di Surabaya

Standard


Menemuinya


Hampir 2 tahun air rindu dalam gelas temu tak dapat ku minum
Walau sangat kehausan, jarak hadir menggagalkan dahaga

Dalam waktu beberapa saat lagi, haus akan usai
Akan kutuang bergelas gelas air pengusai rindu
Sebab ia, adalah zam zam batinku; yang menyusuiku sewaktu kecil, menyayangiku hingga akhir hayat, letak ketentraman jiwaku berpundak

Malang, 16 Desember 2016

Menamatkan Rindu

Entah pada lari kemana semua beban hidup
Yang sebelumnya melinggis pikiran, kini terlinggis oleh getaran hatinya

Berada di dekatnya, aku selalu seperti ini
Merasa besok pasti baik
Besok semua impi pasti tergapai
Besok, ia pasti aman dan bahagia karena memiliki anak sepertiku

Hari ini sudah besok. Keesokan yang seperti pasti belum terjadi
Tapi seakan telah terjadi
Eh... ada dia di sini... pantas :)
Surabaya, 17 desember 2016

Mendekapnya

Setemunya, aku menyalam, mengecup tangan, lalu keningnya
Rindu akhirnya tamat
Kututup dengan peluk

Gebah diri ke kasur
Peluk yang sempat kulepas tadi, kulanjutkan
Percakapan anak dan mamah berhelat di kasur

Pagi buta datang, aku dibangunkannya
'Tiada suara adzan dalam ruangan ini, bangun dirikan sholat'

Didekatnya, sama hal mendekat Tuhan
Ya, Mamah kuyakini sebagai utusan Tuhan yang tak bisa kutolak perintah baiknya

Sayang... harusnya kamu ada di sini
Bukan sekadar sebagai saksi romantisme anak mamah
Melainkan agar turut menyelam dalam kolam energi positif ini

Dalam tembok palsu Shangrila, 18 september 2016

Derita dalam Gembira

Aku tak menahu perihal kabar derita itu
Semua 'kita' tak menyangka, semua 'kita' tiada ingin, sebab itu bukan 'kami'

Ternyata, malam tadi semua meraya dalam selimut laku yang menduka

Alhamdulillahnya, Mamah yang tadinya 'mogok' makan, jadi lahap malam tadi
Entah sebab anak bungsunya yang tak henti bernasehat, atau hidangan pesta yang begitu lezat di iringin harmoni orkestra
Entahlah...
'Pesta hanya sekali, tak ada pesta di atas pesta' itulah prinsip yang telah mengistiadat
Pilihan tentu ditangan empunya
Namun efek pilihan, bisa menelan korban yang tak turut memilih
Siapa merela yang tersayang 'pergi' sebelum waktunya?
Harusnya kau paham maksudku
Masih ada waktu mengembalikan 'cemara'

Dalam selimut kamar Shangrila, 19 September 2016

Amarah Anak Kecil

Aku tak akan melawan lewat fisik
Itu bukan caraku, juga bukan cara 'beliau'

Hingga saat ini, tak ada penyebab derita yang tak kulawan
Aku menyayangi 'kita' semua
Untuk itulah aku melawan dengan 'menolak'

Segenap ini... aku akan menjadi tuli... sangat tuli
Hingga kabar baik balik mendatangi
Tanpamu, aku bisa mengusaikan laparku

Sidoarjo, 19 Desember 2016

Kembali Menghaus Rindu


Episode rindu kembali berlanjut
Dekapan, kecupan, nasehat dan pelukan menjadi bingkisan perpisahan
Tentunya bingkisan itu tak ternilai rupiah, sebab ia menyelimuti jiwa- memperkaya kenangan manis

Bekal itu menaikkan semangatku hingga 27 kali lipat
Kamus malas harus segera terhapus
Hadangan harus jauh kulompati
Yang memperlambat harus kutinggalkan

Aku ingin dia bahagia
Bukan karena telapaknya adalah letak surga
Melainkan cinta dan kebahagiaan harus menghari-hari

Perjalanan ke Malang, 20 September 2016

0 komentar: